Sudah kita bahas bahwa ciri khas hypostasis dari Firman Allah
adalah “diperanakkan dari Bapa”. Maksud “diperanakkan dari Bapa” adalah
Firman Allah itu “diwahyukan oleh Bapa” dengan maksud supaya Bapa
melihat diriNya sendiri. Dengan demikian Bapa melihat gambarNya sendiri,
karena Firman Allah adalah “Gambar Allah yang tak kelihatan” ( Kol
1:15), serta “Gambar Wujud/Kharakter” yaitu “tindasan tepat” dari
keberadaan Allah sendiri ( Ibr 1:3). Melalui “pewahyuan diri Allah”
inilah “Gambar Allah” itu terlahir secara kekal, itulah sebabnya
keberadaan pewahyuan kekal di dalam diri Allah ini disebut sebagai
“diperanakkan”Nya Firman Allah dari Bapa, dan dengan demikian Firman itu
sendiri mendapat julukan sebagai “Anak Allah”, meskipun Allah itu
secara biologis tak beranak dan tak diperanakkan, karena Allah itu
memang tak memiliki sifat biologis.
Sedangkan ciri khas dari hypostasis Roh Allah adalah bahwa Roh Allah itu “keluar” dari Bapa. Dan sudah kita bahasa bahwa “keluarnya” Roh Kudus dari Bapa ini bukan dimaksudkan sebagai penyataan diri Allah, namun untuk memantulkan Firman Allah/Putra ini kembali pada Bapa. Jadi Roh Kudus bukanlah sebagai yang menyatakan Diri Allah untuk menjadi Gambar Allah, sehingga karenanya Ia bukan disebut Anak, tetapi Ia adalah Roh sebagai lingkup untuk memantulkan Firman Allah/Putra kepada Bapa. Itu sebabnya “KeluarNya” Roh Kudus dari Bapa itu tidak disebut sebagai “diperanakkan” namun hanya “keluar” saja. Oleh sebab itu meskipun Firman Allah dan Roh Allah itu sama-sama keluar dari Allah, namun karena perbedaan cirri khas dan “hubungan yang ada” dengan dan di dalam Allah ini, maka kata “diperanakkan” bagi ciri khas Firman Allah ini dewngan kata “keluar” bagi ciri khas Roh Allah harus dibedakan dan harus dimengerti perbedaannya.
Roh Kudus Sebagai Roh Allah, Roh Bapa, Roh Anak Allah, Roh Kristus , serta Roh Yesus
Roh Kudus adalah Roh yang “bersemayam di dalam diri Allah” ( I Kor 2:10-11 ) dan yang “keluar dari Bapa” ( Yoh 15:26 ), sebagai hypostasis dari prinsip kuasa dan hidup Allah. Karena asal dan tempat bersemanyamNya secara kekal di dalam Allah inilah maka Roh Kudus itu disebut sebagai “Roh Allah” atau “Roh Bapa”, sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci demikian : “…Roh Allah turun seperti burung merpati…” (Mat 3:16). Sebutan “Roh Allah” bagi Roh Kudus ini dapat kita jumpai dalam banyak kita jumpai dalam banyak sekali ayat-ayat Perjanjian Baru (Mat 12:28, Rom 8:9,14, I Kor 2: 11,12,14, 3:16, 6:11, 7:40, 12:13,dll). Sedangkan sebutan Roh Kudus sebagai Roh Bapa dapat kita jumpai misalnya dalam pernyataan Kitab Suci yang demikian : “ Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; …di dalam kamu” (Mat 10:20).
Disamping itu, dalam kekekalan azali Roh Kudus selalu “memuliakan, bersaksi, dan memberitakan” yaitu menyatakan dan memantulkan kemuliaan Firman Allah/Putra, kembali kepada Bapa. Ini bermakna Roh Kudus itu secara penuh bersemayam dan tinggal dalam Firman Allah, atau Anak Allah. Karena hubunganNya dengan Anak Allah atau Firman Allah yang demikian inilah maka Roh Kudus disebut sebagai Roh Anak Alah, karena Dialah yang memuliakan dan yang menyaksikan Sang Putra ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci demikian : “…Allah telah menyuruh Roh AnakNya…” (Gal 4:6). Dan karena itu pula Ia disebut sebagai “Roh Kristus” (Rom 8:11) “Roh Yesus” (Kis 16:7). Dengan demikian yang dimaksud sebagai Roh Anak, Roh Yesus, Roh Allah dan Roh Bapa itu tak lain adalah Roh Kudus.
Dengan terdapatnya data Kitab Suci yang menyatakan Roh Allah sebagai Roh Anak, Roh Yesus, dan Roh Kristus, Gereja Barat (Roma Katolik, yang kemudian juga diikuti Protestan) menafsirkan bahwa Roh Kudus juga “Keluar” dari Anak, disamping Ia keluar dari “Bapa”. Sehingga Roh Kudus dinyatakan “keluar dari Bapa dan Anak”, dan muncullah “sisipan Filioque” pada Pengakuan Iman Nicea Yang asli. Pembahasannya akan kita lihat secara khusus dibawah nanti. Karena Roh Kudus yang bersemayam dalam Allah yang Esa (Bapa) itu juga keluar dari Bapa untuk tinggal dan bersemayam pada Firman (Putra), serta memantulkan Firman itu kepada Bapa dan menyatakan Firman tadi, maka jelaslah bahwa Roh Kudus itu memang hanya “keluar” dari Bapa, namun bersemayam dalam Firman, sehingga Ia disebut juga sebagai Roh Anak, atau Roh Kristus. Namun Ia tidak keluar dari “Bapa dan Anak”. Disamping itu sebutan tersebut disebabkan oleh hubungannya dengan manusia dimana Roh Kudus yang “keluar dari Allah” itu dicurahkan kepada manusia melalui Kristus yang sudah bangkit itu, sehingga menyebabkan Roh Kudus itu disebut sebagai “Roh Anak”, “Roh Yesus”, atau “Roh Kristus” itu, namun sejak kekal Roh Kudus hanya keluar dari Bapa saja, sebagaimana yang dikatakan : “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah ….dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah (yaitu: diangkat ke sorga serta duduk disebelah kanan Allah) dan menerima Roh Kudus (yaitu: dari Allah yang telah membangkitkan dan meninggikanNya itu; berarti Roh Kudus itu sejak kekal memang hanya keluar dari Allah saja) yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya (yaitu: Roh Kudus yang hanya keluar dari Allah yang telah dikaruniakan kepada Yesus sesudah peninggihanNya itu, oleh Yesus dicurahkan kepada manusia. Sehingga manusia menerima Roh Kudus yang sejak kekal hanya keluar dari Allah/Bapa itu melalui Yesus Kristus. Karena turunNya dan dicurahkanNya kepada manusia terkait dengan Yesus itu maka Roh Allah yang sejak kekal hanya keluar dari Allah/Bapa saja itu, juga disebut sebagai “Roh Anak”, Roh Yesus” dan “Roh Kristus”) apa yang kamu lihat dan dengar disini” (Kis 2:32-33). Dalam makna inilah maka Kitab Suci menyebut Roh Allah itu secara silih berganti dengan sebutan sebagai Roh Kristus, bahkan sebagai Kristus sendiri. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan Kitab Suci dibawah ini :
Kutipan ayat-ayat di atas ini menunjukkan kesilibergantian nama yang digunakan untuk Roh Allah itu. Ia disebut “Roh” saja untuk menunjukkan hypostasisNya pada diriNya sendiri tanpa hubunganNya dengan Bapa dan FirmanNya. Namun Ia disebut sebagai “Roh Allah diam di dalam kamu” untuk hubunganNya dengan Allah, sebagai yang keluar dan bersemayam dalam Diri Allah karena Dia adalah RohNya Allah. Selanjutnya Roh itu juga disebut sebagai “Roh Kristus” : “… tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus,…” untuk menunjukkan “KeluarNya” Roh itu dari Allah adalah untuk bersemayam pada Firman baik secara kekal maupun setelah penjelmaanNya sebagai manusia yang bergelar sebagai “Kristus”. Sehingga Roh itu juga adalah Roh Kristus, karena bersemayam di dalam Kristus. Selanjutnya Roh Kristus juga disamakan dengan Kristus sendiri, sebagaimana yang dikatakan :”…jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus . Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu….”. Menurut ayat ini “memiliki Roh Kristus” berarti “Kristus di dalam kamu”, yang berarti Roh Kristus itu identik dengan Kristus sendiri. Maka ayat ini adalah bersemanyaNya Roh Kudus di dalam manusia maupun dipantulkanNya kepada Bapa dari Firman, itu bukanlah untuk menyatakan diriNya sendiri tetapi menyatakan Kristus. Baik itu dalam kekekalan azali dalam hubungan interaksi yang ada antara Allah, FirmanNya dan RohNya dalam diriNya yang Esa, maupun pada saat menyatakan Kristus kepada manusia. Sehingga jika Roh Allah yang hadir, otomatis Roh itu menghadirkan Kristus, sehingga Kristus sendiri yang hadir melalui Roh tadi.
Selanjutnya dikatakan: “Dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati” Dalam kalimat ini Roh Kristus itu disebut sebagai “Roh Dia yang membangkitkan Yesus”, padahal yang membangkitkan Yesus adalah Bapa, berarti Roh Kristus disini disebut sebagai Roh Bapa sendiri.selanjutnya Bapa atau Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati itu dinyatakan sebagai yang “…akan membangkitkan tubuhmu yang fana ini oleh RohNya yang diam didalam kamu…” Berarti yang diam di dalam manusia beriman itu adalah RohNya Allah, tetapi juga RohNya Kristus, dan Kristus sendiri. Dengan demikian dalam kutipan kita diatas ada sebutan yang saling bertindih antara “Roh”, “Roh Allah/Bapa”, “Roh Kristus”, dan “Kristus” sendiri. “Roh Kudus” itu disebut “Roh” demikian saja, jika yang dimaksud adalah keberadaan hypostasisNya sendiri tanpa melihat hubungannya didalam Allah dan Firman Allah itu yang sedang dibahas. Namun dalam ayat-ayat lain dalam Kitab Suci ini pada diriNya sendiri juga diberi sebutan sebagai “Roh Kudus” untuk menunjukkan sifatNya yang kudus dan karyaNya yang menguduskan (Rom 5:5, I Kor 6:11). Disamping itu sebagai yang menyampaikan Kristus “Sang Kebenaran” itu (Yoh 14:6), maka Roh Allah itu pada diriNya sendiri juga disebut sebagai “Roh Kebenaran” (Yoh 14:17, 15:26). Namun jika dilihat dalam hubungannya dengan Allah sebagai yang “diam didalam diri” Allah (I Kor 2:10-11), dan yang “keluar dari Bapa” (Yoh 15:26) maka Roh itu disebut sebagai “Roh Allah” atau “Roh Bapa”. Sedangkan dalam hubunganNya dengan Kristus (Anak Allah, Firman Allah yang menjadi manusia) sebagai sasaran akhir keluaNya dari Bapa serta sebagai yang dimuliakan, disaksikan, dinyatakan serta dihadirkan oleh Roh itu maka Ia disebut sebagai “Roh Anak”, serta “Roh Kristus” atau disebut “Kristus” sendiri. Demikian juga dalam hubunganNya dengan Allah, Roh Kudus pada saat yang bersamaan disebut sebagai “Roh Allah dan “Allah” sekaligus hal ini dinyatakan demikian :
Ayat ini menjelaskan bahwa umat Korintus (“kamu”) adalah “Bait Allah” atau “Rumah Allah”. Ini bermakna bahwa Allah berada dalam komunitas umat Korintus, seolah-olah sebagai RumahNya, yang berarti Allah itu dia di dalam umat itu. Namun selanjutnya dinyatakan bahwa “Roh Allah” itu yang diam di dalam “kamu”. Dengan demikian komunitas umat Korintus itu dikatakan sebagai “Bait Allah” atau “Rumah Allah”, karena Roh Allah diam didalam mereka. Berarti Allah diam pada umat itu di dalam “Roh Allah” itu juga disebut “ Allah” sendiri. Sebab Allah menghadirkan diri melalui Roh itu, di dalam kristus. Jika Kristus hadir maka Allah yang dinyatakan, dan cara Kristus hadir adaalah melalui Roh Allah. Itulah sebabnya dikatakan :
Allah hadir dalam umatnNya sebagai “tempat kediaman Allah” oleh Kristus, didalam Roh. hadirNya Roh Allah berarti sekaligus hadirNya Allah sendiri. Dari beberapa bagian Kitab Suci yang telah kita kutip di atas dapatlah kita ambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. Jika Roh Allah hadir, maka Roh Kristus itulah yang hadir, dan sekaligus Kristus itulah yang hadir. Jika Roh Kristus itu hadir maka Roh “Dia yang membangkitkan Kristus” atau “Roh Bapa/Allah” itulah yang hadir. Jika Roh Allah hadir maka Allah itu sendiri yang hadir. Jika Kristus hadir maka Allah itulah yang hadir, karena “Kemuliaan Allah… Nampak pada wajah Kristus”, dan “…Aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku …” sehingga jika Roh Allah hadir maka “Bapa dan Anak” itu sekaligus hadir. Seb agaimana yang dikatakan demikian :
Menurut ayat-ayat ini Roh Kebenaranlah yang akan diam di dalam manusia, namun juga jika manusia mengasihi Kristus, maka Bapa dan Putra itu yang akan diam bersama-sama dengan orang itu. Ini berarti yang hadir dalam manusia adalah Roh Allah dan FirmanNya sendiri yang hadir didalam manusia. Demikianlah memang Tritunggal Maha Kudus itu Esa adanya, karena kehadiran hypostasis yang satu itu juga adalah kehadiran hypostasis yang lain secara tak terpisahkan. Melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam manusia, maka seluruh keberadaan Allah “Bapa dan Anak” (“Allah dan Firman”), dan sekaligus “Roh Allah” itu sendiri yang tinggal; pada manusia. Maka dapat dikatakan bahwa keseluruhan keberadaan Tritunggal Maha Kudus itu bukan tiga ilah atau tiga Tuhan yang berbeda-beda dan terpisah-pisah, namun keberadaan realita konkrit (hypostasis) di dalam Diri Allah yang Esa itu sendiri. Sebab hadirNya Roh Kudus itu untuk menyatakan Anak Allah/Firman Allah, dengan demikian Firman Allah berada didalam Roh Kudus. Padahal Firman Allah/Anak Allah itu menyatakan Bapa, berarti Bapa ada di dalam firman Allah/Anak Allah. Sebaliknya baik Roh Allah maupun Anak Allah itu berada di dalam Allah, berarti memang ketiga hypostasis itu memang Esa tak terpisahkan. Sehingga kehadiran hypsostasis yang satu adalah kehadiran keseluruan hypostasis dalam Allah yang Esa itu. Karena dalam ketiga hypostasis itu hanya terdapat satu dzat-hakekat Allahg, dan di dalam masing-masing hypostasispun dzat-hakekat Allah yang satu dan yang sama itu yang hadir, sedangkan ketiga hypostasis itu juga berada dalam dzat-hakekat Allah yang satu itu. Maka sebagai roh Allah yang bersemanyam di dalam dzat-haekat Allah yang satu bersama Firman Allah, maka Roh Kudus mempunyai sifat yang satu dengan “Bapa dan Puta” itu yaitu sifat “dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia”, yang artinya manusia tak dapat mengerti Dia tanpa pewahyuan Dirinya. Hal ini yang sama berlaku bagi sifat “Bapa dan Anak”, sebagaimana yang dikatakan :
Kebenaran ini menunjukkan bahwa sifat-sifat Allah itu adalah tunggal. Sifat Allah, yang dalam hal pembahasan kita ini adalah sifat “tak dapat diketahui” itu, karena Allah mempunyai sifat dzat-hakekat atau (essensi) yang hanya satu, karena Allah itu Esa. Sehingga jika Bapa (Allah yang Esa) tidak dimengerti manusia, maka Anak (Firman Allah) dan Roh Kudus (Roh Allah) pun tidak dapat dimengerti oleh manusia. Roh Allah dan Firman Allah itu memang satu dengan Bapa dan di dalam Bapa. Hanya melalui penyataan Anak (Firman Allah) oleh Roh Kudus itu saja, sifat "ketakdapat dimengertian" Allah ini dapat tersingkap. Karena Roh Kudus itulah yang menyatakan Kristus. Anak berkenan menyatakan Diri kepada manusia melalui Roh Kudus, dan melalui penyataan diri Anak didalam Roh Kudus ini Bapa dinyatakan kepada manusia.
Karena sifatnya yang saling bersemayam diantara hypostasis-hypostasis didalam diri AllahnYang Esa itu, maka hadirNya Roh Kudus adalah hadirNya Kristus, dan hadirNya Kristus dalam Roh Kudus ini adalah hadirNya Allah sendiri. Dengan demikian Roh Kudus tidak menyatakan apapun, selain wahyu Allah yang satu-satunya itu yaitu : Yesus Kristus. Roh Kudus bukanlah roh liar yang lepas dari Firman Allah, namun Ia adalah Roh Allah yang terkait dengan Firman Allah baik Firman itu sebelum menjelma menjadi manusia maupun sesudahnya, sehingga Ia disebut Roh Yesus dan sekaligus Roh Allah. Bersama dengan Firman Allah, Roh Allah ini berada satu didalam diri Allah yang Esa. Karena Allah itu memang Esa dan tidak ada Allah lainselain yang Esa ini ( I Kor 8:4), yang sejak kekal berada dalam diriNya FirmnaNya sendiri dan RohNya.
Sedangkan ciri khas dari hypostasis Roh Allah adalah bahwa Roh Allah itu “keluar” dari Bapa. Dan sudah kita bahasa bahwa “keluarnya” Roh Kudus dari Bapa ini bukan dimaksudkan sebagai penyataan diri Allah, namun untuk memantulkan Firman Allah/Putra ini kembali pada Bapa. Jadi Roh Kudus bukanlah sebagai yang menyatakan Diri Allah untuk menjadi Gambar Allah, sehingga karenanya Ia bukan disebut Anak, tetapi Ia adalah Roh sebagai lingkup untuk memantulkan Firman Allah/Putra kepada Bapa. Itu sebabnya “KeluarNya” Roh Kudus dari Bapa itu tidak disebut sebagai “diperanakkan” namun hanya “keluar” saja. Oleh sebab itu meskipun Firman Allah dan Roh Allah itu sama-sama keluar dari Allah, namun karena perbedaan cirri khas dan “hubungan yang ada” dengan dan di dalam Allah ini, maka kata “diperanakkan” bagi ciri khas Firman Allah ini dewngan kata “keluar” bagi ciri khas Roh Allah harus dibedakan dan harus dimengerti perbedaannya.
Roh Kudus Sebagai Roh Allah, Roh Bapa, Roh Anak Allah, Roh Kristus , serta Roh Yesus
Roh Kudus adalah Roh yang “bersemayam di dalam diri Allah” ( I Kor 2:10-11 ) dan yang “keluar dari Bapa” ( Yoh 15:26 ), sebagai hypostasis dari prinsip kuasa dan hidup Allah. Karena asal dan tempat bersemanyamNya secara kekal di dalam Allah inilah maka Roh Kudus itu disebut sebagai “Roh Allah” atau “Roh Bapa”, sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci demikian : “…Roh Allah turun seperti burung merpati…” (Mat 3:16). Sebutan “Roh Allah” bagi Roh Kudus ini dapat kita jumpai dalam banyak kita jumpai dalam banyak sekali ayat-ayat Perjanjian Baru (Mat 12:28, Rom 8:9,14, I Kor 2: 11,12,14, 3:16, 6:11, 7:40, 12:13,dll). Sedangkan sebutan Roh Kudus sebagai Roh Bapa dapat kita jumpai misalnya dalam pernyataan Kitab Suci yang demikian : “ Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; …di dalam kamu” (Mat 10:20).
Disamping itu, dalam kekekalan azali Roh Kudus selalu “memuliakan, bersaksi, dan memberitakan” yaitu menyatakan dan memantulkan kemuliaan Firman Allah/Putra, kembali kepada Bapa. Ini bermakna Roh Kudus itu secara penuh bersemayam dan tinggal dalam Firman Allah, atau Anak Allah. Karena hubunganNya dengan Anak Allah atau Firman Allah yang demikian inilah maka Roh Kudus disebut sebagai Roh Anak Alah, karena Dialah yang memuliakan dan yang menyaksikan Sang Putra ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Kitab Suci demikian : “…Allah telah menyuruh Roh AnakNya…” (Gal 4:6). Dan karena itu pula Ia disebut sebagai “Roh Kristus” (Rom 8:11) “Roh Yesus” (Kis 16:7). Dengan demikian yang dimaksud sebagai Roh Anak, Roh Yesus, Roh Allah dan Roh Bapa itu tak lain adalah Roh Kudus.
Dengan terdapatnya data Kitab Suci yang menyatakan Roh Allah sebagai Roh Anak, Roh Yesus, dan Roh Kristus, Gereja Barat (Roma Katolik, yang kemudian juga diikuti Protestan) menafsirkan bahwa Roh Kudus juga “Keluar” dari Anak, disamping Ia keluar dari “Bapa”. Sehingga Roh Kudus dinyatakan “keluar dari Bapa dan Anak”, dan muncullah “sisipan Filioque” pada Pengakuan Iman Nicea Yang asli. Pembahasannya akan kita lihat secara khusus dibawah nanti. Karena Roh Kudus yang bersemayam dalam Allah yang Esa (Bapa) itu juga keluar dari Bapa untuk tinggal dan bersemayam pada Firman (Putra), serta memantulkan Firman itu kepada Bapa dan menyatakan Firman tadi, maka jelaslah bahwa Roh Kudus itu memang hanya “keluar” dari Bapa, namun bersemayam dalam Firman, sehingga Ia disebut juga sebagai Roh Anak, atau Roh Kristus. Namun Ia tidak keluar dari “Bapa dan Anak”. Disamping itu sebutan tersebut disebabkan oleh hubungannya dengan manusia dimana Roh Kudus yang “keluar dari Allah” itu dicurahkan kepada manusia melalui Kristus yang sudah bangkit itu, sehingga menyebabkan Roh Kudus itu disebut sebagai “Roh Anak”, “Roh Yesus”, atau “Roh Kristus” itu, namun sejak kekal Roh Kudus hanya keluar dari Bapa saja, sebagaimana yang dikatakan : “Yesus inilah yang dibangkitkan Allah ….dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah (yaitu: diangkat ke sorga serta duduk disebelah kanan Allah) dan menerima Roh Kudus (yaitu: dari Allah yang telah membangkitkan dan meninggikanNya itu; berarti Roh Kudus itu sejak kekal memang hanya keluar dari Allah saja) yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya (yaitu: Roh Kudus yang hanya keluar dari Allah yang telah dikaruniakan kepada Yesus sesudah peninggihanNya itu, oleh Yesus dicurahkan kepada manusia. Sehingga manusia menerima Roh Kudus yang sejak kekal hanya keluar dari Allah/Bapa itu melalui Yesus Kristus. Karena turunNya dan dicurahkanNya kepada manusia terkait dengan Yesus itu maka Roh Allah yang sejak kekal hanya keluar dari Allah/Bapa saja itu, juga disebut sebagai “Roh Anak”, Roh Yesus” dan “Roh Kristus”) apa yang kamu lihat dan dengar disini” (Kis 2:32-33). Dalam makna inilah maka Kitab Suci menyebut Roh Allah itu secara silih berganti dengan sebutan sebagai Roh Kristus, bahkan sebagai Kristus sendiri. Hal itu dapat kita lihat dalam kutipan Kitab Suci dibawah ini :
“Tetapi kamu tidak hidup dalam daging,
melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam didalam kamu. Tetapi
jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus. Tetapi
jika kristus ada di dalam kamu, maka tubuh memang mati karena dosa,
tetapi Roh adalah kehidupan oleh karena kebenaran. Dan jika Roh Dia,
yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam didalam
kamu, maka Ia yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara oirang
mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh RohNya, yang
diam di dalam kamu.” (Roma 8:9-11).
Kutipan ayat-ayat di atas ini menunjukkan kesilibergantian nama yang digunakan untuk Roh Allah itu. Ia disebut “Roh” saja untuk menunjukkan hypostasisNya pada diriNya sendiri tanpa hubunganNya dengan Bapa dan FirmanNya. Namun Ia disebut sebagai “Roh Allah diam di dalam kamu” untuk hubunganNya dengan Allah, sebagai yang keluar dan bersemayam dalam Diri Allah karena Dia adalah RohNya Allah. Selanjutnya Roh itu juga disebut sebagai “Roh Kristus” : “… tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus,…” untuk menunjukkan “KeluarNya” Roh itu dari Allah adalah untuk bersemayam pada Firman baik secara kekal maupun setelah penjelmaanNya sebagai manusia yang bergelar sebagai “Kristus”. Sehingga Roh itu juga adalah Roh Kristus, karena bersemayam di dalam Kristus. Selanjutnya Roh Kristus juga disamakan dengan Kristus sendiri, sebagaimana yang dikatakan :”…jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus . Tetapi jika Kristus ada di dalam kamu….”. Menurut ayat ini “memiliki Roh Kristus” berarti “Kristus di dalam kamu”, yang berarti Roh Kristus itu identik dengan Kristus sendiri. Maka ayat ini adalah bersemanyaNya Roh Kudus di dalam manusia maupun dipantulkanNya kepada Bapa dari Firman, itu bukanlah untuk menyatakan diriNya sendiri tetapi menyatakan Kristus. Baik itu dalam kekekalan azali dalam hubungan interaksi yang ada antara Allah, FirmanNya dan RohNya dalam diriNya yang Esa, maupun pada saat menyatakan Kristus kepada manusia. Sehingga jika Roh Allah yang hadir, otomatis Roh itu menghadirkan Kristus, sehingga Kristus sendiri yang hadir melalui Roh tadi.
Selanjutnya dikatakan: “Dan jika Roh Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati” Dalam kalimat ini Roh Kristus itu disebut sebagai “Roh Dia yang membangkitkan Yesus”, padahal yang membangkitkan Yesus adalah Bapa, berarti Roh Kristus disini disebut sebagai Roh Bapa sendiri.selanjutnya Bapa atau Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati itu dinyatakan sebagai yang “…akan membangkitkan tubuhmu yang fana ini oleh RohNya yang diam didalam kamu…” Berarti yang diam di dalam manusia beriman itu adalah RohNya Allah, tetapi juga RohNya Kristus, dan Kristus sendiri. Dengan demikian dalam kutipan kita diatas ada sebutan yang saling bertindih antara “Roh”, “Roh Allah/Bapa”, “Roh Kristus”, dan “Kristus” sendiri. “Roh Kudus” itu disebut “Roh” demikian saja, jika yang dimaksud adalah keberadaan hypostasisNya sendiri tanpa melihat hubungannya didalam Allah dan Firman Allah itu yang sedang dibahas. Namun dalam ayat-ayat lain dalam Kitab Suci ini pada diriNya sendiri juga diberi sebutan sebagai “Roh Kudus” untuk menunjukkan sifatNya yang kudus dan karyaNya yang menguduskan (Rom 5:5, I Kor 6:11). Disamping itu sebagai yang menyampaikan Kristus “Sang Kebenaran” itu (Yoh 14:6), maka Roh Allah itu pada diriNya sendiri juga disebut sebagai “Roh Kebenaran” (Yoh 14:17, 15:26). Namun jika dilihat dalam hubungannya dengan Allah sebagai yang “diam didalam diri” Allah (I Kor 2:10-11), dan yang “keluar dari Bapa” (Yoh 15:26) maka Roh itu disebut sebagai “Roh Allah” atau “Roh Bapa”. Sedangkan dalam hubunganNya dengan Kristus (Anak Allah, Firman Allah yang menjadi manusia) sebagai sasaran akhir keluaNya dari Bapa serta sebagai yang dimuliakan, disaksikan, dinyatakan serta dihadirkan oleh Roh itu maka Ia disebut sebagai “Roh Anak”, serta “Roh Kristus” atau disebut “Kristus” sendiri. Demikian juga dalam hubunganNya dengan Allah, Roh Kudus pada saat yang bersamaan disebut sebagai “Roh Allah dan “Allah” sekaligus hal ini dinyatakan demikian :
“Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam didalam kamu ?” ( I Kor 3:16 ).
Ayat ini menjelaskan bahwa umat Korintus (“kamu”) adalah “Bait Allah” atau “Rumah Allah”. Ini bermakna bahwa Allah berada dalam komunitas umat Korintus, seolah-olah sebagai RumahNya, yang berarti Allah itu dia di dalam umat itu. Namun selanjutnya dinyatakan bahwa “Roh Allah” itu yang diam di dalam “kamu”. Dengan demikian komunitas umat Korintus itu dikatakan sebagai “Bait Allah” atau “Rumah Allah”, karena Roh Allah diam didalam mereka. Berarti Allah diam pada umat itu di dalam “Roh Allah” itu juga disebut “ Allah” sendiri. Sebab Allah menghadirkan diri melalui Roh itu, di dalam kristus. Jika Kristus hadir maka Allah yang dinyatakan, dan cara Kristus hadir adaalah melalui Roh Allah. Itulah sebabnya dikatakan :
“Didalam Dia (Kristus) kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” ( Ef 2:22 ).
Allah hadir dalam umatnNya sebagai “tempat kediaman Allah” oleh Kristus, didalam Roh. hadirNya Roh Allah berarti sekaligus hadirNya Allah sendiri. Dari beberapa bagian Kitab Suci yang telah kita kutip di atas dapatlah kita ambil kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut. Jika Roh Allah hadir, maka Roh Kristus itulah yang hadir, dan sekaligus Kristus itulah yang hadir. Jika Roh Kristus itu hadir maka Roh “Dia yang membangkitkan Kristus” atau “Roh Bapa/Allah” itulah yang hadir. Jika Roh Allah hadir maka Allah itu sendiri yang hadir. Jika Kristus hadir maka Allah itulah yang hadir, karena “Kemuliaan Allah… Nampak pada wajah Kristus”, dan “…Aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku …” sehingga jika Roh Allah hadir maka “Bapa dan Anak” itu sekaligus hadir. Seb agaimana yang dikatakan demikian :
“Aku akan meminta kepada
Bapa, dan ia akan memberikan kepadamu seorang penolong yang lain, supaya
Ia menyertai kamu selama-lamaNya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak
dapat menerima Dia, sebab dunia tidak mengenal Dia sebab Ia menyertai
kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu
sebagai yatim piatu. Aku akan datang kembali kepadamu. tinggal sesaat
lagi dan dunia tidak akan melihat aku lagi, tetapi kamu melihat Aku,
sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan
tahu, bahwa Aku didalamBapaKu dan kamu didalam Aku dan Aku didalam kamu.
Barangsiapa memegang perintahKu dan melakukanNya, dialahyang mengasihi
Aku, ia akan dikasihi oleh BapaKu dan Akupun mengasihi diadan akan
menyatahkan dirKu kepadanya. Yudas yang bukan Iskariot, berkata
kepadaNya : “Tuhan, apakah sebabnya maka Engkau hendak menyatakan diriMu
kepada kami, dan bukan kepada dunia ?” Jawab Yesus :”Jika seorang
mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan BapaKu akan mengasihi dia
dan KAMI (“Bapa dan Anak” = “Allah dan FirmanNya”) akan datang kepadanya
dan diam bersama-sama dengan Dia.” (Yoh 14:16-23).
Menurut ayat-ayat ini Roh Kebenaranlah yang akan diam di dalam manusia, namun juga jika manusia mengasihi Kristus, maka Bapa dan Putra itu yang akan diam bersama-sama dengan orang itu. Ini berarti yang hadir dalam manusia adalah Roh Allah dan FirmanNya sendiri yang hadir didalam manusia. Demikianlah memang Tritunggal Maha Kudus itu Esa adanya, karena kehadiran hypostasis yang satu itu juga adalah kehadiran hypostasis yang lain secara tak terpisahkan. Melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam manusia, maka seluruh keberadaan Allah “Bapa dan Anak” (“Allah dan Firman”), dan sekaligus “Roh Allah” itu sendiri yang tinggal; pada manusia. Maka dapat dikatakan bahwa keseluruhan keberadaan Tritunggal Maha Kudus itu bukan tiga ilah atau tiga Tuhan yang berbeda-beda dan terpisah-pisah, namun keberadaan realita konkrit (hypostasis) di dalam Diri Allah yang Esa itu sendiri. Sebab hadirNya Roh Kudus itu untuk menyatakan Anak Allah/Firman Allah, dengan demikian Firman Allah berada didalam Roh Kudus. Padahal Firman Allah/Anak Allah itu menyatakan Bapa, berarti Bapa ada di dalam firman Allah/Anak Allah. Sebaliknya baik Roh Allah maupun Anak Allah itu berada di dalam Allah, berarti memang ketiga hypostasis itu memang Esa tak terpisahkan. Sehingga kehadiran hypsostasis yang satu adalah kehadiran keseluruan hypostasis dalam Allah yang Esa itu. Karena dalam ketiga hypostasis itu hanya terdapat satu dzat-hakekat Allahg, dan di dalam masing-masing hypostasispun dzat-hakekat Allah yang satu dan yang sama itu yang hadir, sedangkan ketiga hypostasis itu juga berada dalam dzat-hakekat Allah yang satu itu. Maka sebagai roh Allah yang bersemanyam di dalam dzat-haekat Allah yang satu bersama Firman Allah, maka Roh Kudus mempunyai sifat yang satu dengan “Bapa dan Puta” itu yaitu sifat “dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia”, yang artinya manusia tak dapat mengerti Dia tanpa pewahyuan Dirinya. Hal ini yang sama berlaku bagi sifat “Bapa dan Anak”, sebagaimana yang dikatakan :
“…tidak seorangpun
mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain
Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakanNya.” (Mat
11:27).
Kebenaran ini menunjukkan bahwa sifat-sifat Allah itu adalah tunggal. Sifat Allah, yang dalam hal pembahasan kita ini adalah sifat “tak dapat diketahui” itu, karena Allah mempunyai sifat dzat-hakekat atau (essensi) yang hanya satu, karena Allah itu Esa. Sehingga jika Bapa (Allah yang Esa) tidak dimengerti manusia, maka Anak (Firman Allah) dan Roh Kudus (Roh Allah) pun tidak dapat dimengerti oleh manusia. Roh Allah dan Firman Allah itu memang satu dengan Bapa dan di dalam Bapa. Hanya melalui penyataan Anak (Firman Allah) oleh Roh Kudus itu saja, sifat "ketakdapat dimengertian" Allah ini dapat tersingkap. Karena Roh Kudus itulah yang menyatakan Kristus. Anak berkenan menyatakan Diri kepada manusia melalui Roh Kudus, dan melalui penyataan diri Anak didalam Roh Kudus ini Bapa dinyatakan kepada manusia.
Karena sifatnya yang saling bersemayam diantara hypostasis-hypostasis didalam diri AllahnYang Esa itu, maka hadirNya Roh Kudus adalah hadirNya Kristus, dan hadirNya Kristus dalam Roh Kudus ini adalah hadirNya Allah sendiri. Dengan demikian Roh Kudus tidak menyatakan apapun, selain wahyu Allah yang satu-satunya itu yaitu : Yesus Kristus. Roh Kudus bukanlah roh liar yang lepas dari Firman Allah, namun Ia adalah Roh Allah yang terkait dengan Firman Allah baik Firman itu sebelum menjelma menjadi manusia maupun sesudahnya, sehingga Ia disebut Roh Yesus dan sekaligus Roh Allah. Bersama dengan Firman Allah, Roh Allah ini berada satu didalam diri Allah yang Esa. Karena Allah itu memang Esa dan tidak ada Allah lainselain yang Esa ini ( I Kor 8:4), yang sejak kekal berada dalam diriNya FirmnaNya sendiri dan RohNya.