Oleh : Romo Yohanes Bambang, MTS.
Dari sinilah kita dapat mengerti bahwa hubungan antara Bapa (Allah Yang Esa), Putra (Firman Allah yang berada secara kakal melekat satu dalam Diri Allah itu), dan Roh Kudus (Roh Allah yang juga berada secara kekal melekat satu bersama Firman Allah dalam diri Allah itu) Itu adalah hubungan yang kekal. Dan hubungan kekal dimana Roh Kudus keluar dari Bapa (Allah Yang Esa) dan tinggal di dalam Putra (Firman Allah) itu bahkan dinyatakan dengan pada manusia ketika Putra (Firman Allah) itu menjelma menjadi manusia yaitu saat Sang Kristus dibaptiskan. Dinyatakan dalam Kitab Suci demikian :
“Sesudah dibaptis Yesus keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun keatas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan : Inilah Anakku yang Kukasihi, kepadaNya-LAH Aku berkenan.” (Mat 3:16-17, Mark 1:9-10).
Data Alkitab di atas mengatakan bahwa “langit terbuka”, sebagai simbol dari terbukanya misteri sorgawi, inilah pewahyuan atau penyataan Ilahi. Dan dari langit itu terdengar suara Bapa (Allah) yang dinyatakan sebagai suara dari sorga. Dan dari langit atau dari sorga yang terbuka itulah “Roh Allah seperti burung merpati turun”. Ini jelas menunjukkan pewahyuan (bahwa Roh Allah itu) memang berasal dari Bapa, atau keluar dari Bapa, karena langit atau sorga itu simbol di mana Bapa berada. Dan berasal dari situ Roh Kudus keluar dan turun. Serta tujuan sasaran keluarNya atau turunNya Roh Allah dari Bapa “ke atas-Nya” yaitu kepada “Firman Allah “ yang menjelma : Yesus Kristus ini. Bersama dengan turunNya Roh Kudus inila maka dinyatakan suara Bapa “Inilah AnakKu yang Kukasihi”. Itulah sebabnya peristiwa baptisan Kristus ini dirayakan dalam Gereja Orthodox sebagai salah satu pesta besar Gereja setiap tanggal 6 Januari, sebagai perayaan “Epiphani” atau “Penampakan Ilahi”, karena misteri hubungan dalam diri Allah itu untuk pertama kalinya dinyatakan pada manusia dalam bentuk yang begitu amat jelas dan konkritnya. Dengan demikian data Alkitab ini makin menegaskan apa yang sejau ini kita bahas bahwa memang Roh Allah itu keluarNya dari Allah (Bapa) saja, namun juga Ia tetap tinggal didalam Allah, dan bahwa Anak Allah (“Firman Allah”) itu sasaran “Kasih Allah” (“Yang Kukasihi”). Dan bahwa pernyataan kasih Allah kepada FirmanNya itu bertindih tepat dengan keluarNya Roh Allah dari Allah untuk tinggal pada FirmanNya, sebagai pencurah kasih Allah tadi. Jadi Roh Allah itu bukan keluar dari Firman Allah, namun tinggal dalam Firman Allah, sedangkan keluarNya hanya dari Bapa saja. Meskipun kelihatannya Firman Allah yang menjelma itu terpisah dari Allah, karena Ia berada di dalam air sungai Yordan sedangkan Allah berada di sorga, namun sebenarnya Ia tak terpisah, karena Ia mengatakan ketika Ia berada di atas bumi ini :
“Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30)
“…..Engkau ya Bapa didalam Aku, dan Aku di dalam Engkau…Kita adalah satu “ (Yoh 17:21b, 22c)
“…..Engkau ya Bapa didalam Aku, dan Aku di dalam Engkau…Kita adalah satu “ (Yoh 17:21b, 22c)
Serta pernyataan Alkitab yang lain :
Kelihatannya memang Firman Allah terpisah dari Allah, dan Roh Allah. Ini disebabkan Ia menampakkan diri dalam wujud penjelmaanNya, sedangkan keilahianNya tak dapat dilihat mata. Namun dapat kita bayangkan jika Roh Allah berwujud “seperti” (jadi bukan sunggu-sunggu demikian wujudNya) burung merpati, lalu hinggap pada Yesus Kristus: Firman menjelma itu, maka dapat kita lihat bahwa tanpa terpisah dari Allah (buktinya Allah masih hidup dan menyatakan FirmanNya kepada manusia, dan tetap berkuasa buktinya dunia tidak lebur) yang di sorga, Ia juga tinggal pada Yesus Kristus (Firman Allah yang menjelma) (karena Ia Nampak hinggap diatasNya untuk tinggal padaNya), dengan demikian Roh Allah itu tinggal pada Bapa namun juga pada Firman yang menjelma. Dengan demikian Firman Allah tetap satu dalam Allah, melalui RohNya ini. Sedangkan secara jasmania yaitu dalam wujud kemanusian yang Nampak sedang dibaptis itu, sebenarnya seluruh kepenuhan ke-Allah-an yang jelas tak dapat dilihat oleh mata itu, berdiam atau bersemanyam dan berada di dalam Dia yaitu di dalam diri yang terdalam dari wujud penjelmaan Firman Allah : Yesus Kristus, sebagai manusia yang nampak mata itu. Dengan demikian seluruh kepenuhan ke-Allah-an yang ada di sorga itu ternyata berada di dalam FirmanNya juga bahkan secara jasmania dalam wujud penjelmaanNya itu. Dengan demikian Firman Allah tetap satu dalam diri Allah bahkan bahkan ketika menjelma menjadi manusia. Jadi Allah tetap tak terpisahkan dari FirmanNya dan Firmanpun tetap satu dengan Allah, atau tinggal dalam Bapa. Padahal tinggalNya pada Bapa itu pada Dzat-Hakekat yang Esa, berarti Yesus Kristus baik secara kepenuhan ke-Allah-an , maupun melalui tinggalNya Roh Allah dalam Bapa dan dalam diriNya tetap satu di dalam dzat hakekat Allah yang Esa itu. Hanya hal itu tak terlihat mata, karena peristiwa di sini adalah peristiwa “penampakan” oleh karena itu memang yang nampak mata yang harus diketahui manusia, sedangkan yang ghoib atau yang tak nampak mata tetap tak diketahui manusia. Keberadaan kekal itulah yang dinyatakan dalam “epiphany” ini agar manusia dapat belajar dan mengerti rahasia mengenai kebenaran hubungan antara hypostasis-hypostasis yang ada dalam Allah yang Satu itu. Yaitu “Firman” itu adalah Anak Allah yang menjadi sasaran “Kasih” dan “Perkenan Allah” dan bahwa Roh Kudus itu keluar hanya dari Allah (Bapa) untuk tinggal didalam “Firman” bagi mencurahkan kasih Allah kepadaNya. Oleh kartena itu mengenai hal ini dikatakan oleh Yohanes Pembaptis sebagai saksi mata peristiwa itu, demikian :
Kesaksian Yohanes ini menegaskan bahwa “Roh Allah turun dari langit, yaitu keluar dari Bapa”, serta “Ia tinggal” di atas Putra, dan tentunya langsung juga ke dalamNya. Karena Allah “…mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas (kepada FirmanNya ini)” (Yoh 3:34). Berarti Roh Allah itu tinggal dalam Allah namun juga sekaligus tinggal dalam Firman Allah, padahal Firman itu juga tinggal di dalam Allah, sebagaimana Allah juga tinggal di dalam FirmanNya, otomatis Firman juga tinggal dalam Roh Allah dan Allahpun tinggal dalam Rohnya sendiri. Demikianlah ketika dibicarakan tiga hypsotasis ternyata ketiganya itu adalah satu, karena saling mendiami secara tak terpisahkan. Ketika dibicarakan yang satu, ternyata terdapat di dalam yang satu ini hypostasis Firman Allah dan hypostasis Roh Allah, karena memang Allah itu Esa. Oleh karena itu di dalam Gereja Orthodox perayaan pembaptisan Kristus ini dinyatakan sebagai penyataan Ilahi mengenai Tritunggal Maha Kudus, yaitu penyataan Ilahi dari hubungan yang ada diantara Allah, FirmanNya sendiri, dan RohNya yang kekal di dalam DiriNya Yang Esa itu.
Karena (keluarNya) Roh Kudus dari Bapa sejak kekal itu berfungsi sebagai pencurah kasih Allah kepada Firman Allah, dan bertindih tepat dengan berlangsungNya Bapa menyatakan diriNya di dalam FirmanNya, maka disinilah Roh Kudus mencurahkan kasih Bapa sepenuhnya kepada Putra (Firman) dan sekaligus Roh Kudus memantulkan balik kasih Anak kepada Bapa. Demikianlah Roh Kudus berfungsi ganda dalam gerak hidup Ilahi Yang Esa itu, sebagai pencurah kasih Allah kepada Putra (Firman) dan sebagai pemantulan kasih itu dari Putra (Firman) kepada Bapa (Allah Yang Esa), sebagaimana yang terkandung dalam makna kata “O logos pros ton Theon” (Yoh 1:1) “O Logos = Firman itu, pros ton Theon = menuju kepada Allah” yang bermakna berhadap-hadapan dengan Allah”, inilah keberadaan saling memandang secara kekal itu. Bapa melihat CitraNya sendiri dan mengasihi CitraNya itu, yang mana kasih itu dicurahkan oleh Roh Kudus kepadaNya. Dan Putra (Firman Allah) itu memantulkan kembali kasih Bapa, sehingga di dalam Allah Yang Esa terdapat satu gerakan kasih yang kekal.
Maka fungsi Roh Kudus itu bukanlah untuk menyatakan diriNya sendiri namun untuk menyatakan Putra (Firman Allah), yaitu menjadi lingkup Allah sendiri untuk mengenal diriNya did alam FirmanNya itu, atau sebagai lingkup penyataan diri Allah melalui firmanNya. Itulah yang dimaksud oleh Sang Kristus mengenai Roh Kudus, yang berikut ini :
Memang ayat ini berbicara mengenai pekerjaan Roh Kudus di dalam dunia ini kepada manusia. Namun karena aktivitas hubungan dari setiap hypostasis dai dalam Allah itu adalah kekal, maka demikian pula apa yang dikatakan dalam ayat ini mengenai karaya Roh Kudus itu dikatakan dalam ayat ini mengenai karya Roh Kudus itu itupun bersifat kekal. Aktivitas Roh Kudus menurut ayat ini ialah “memuliakan Aku” serta “akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu”. Roh Kudus memuliakan Kristus karena Ia menerima isi berita dari Kristus. Berarti isi berita yang disampaikan Roh Kudus adalah Kristus, karena Ia memuliakan Kristus, namun sumbernya juga dari Kristus. Maka jelas Kristuslah yang dinyatakan Roh Kudus dan bukan diriNya sendiri, Roh Kudus tidak mengambil dari dirNya sendiri tetapi dari Kristus, karena bukan diriNya yang dinyatakan tetapi Kristus. Maka Roh Kudus adalah sarana dan lingkup di mana Kristus dimengerti dan difahami yaitu diwahyukan. Lebih jauh dikatakan “diterimaNya dari padaKu, sebab segala sesuatu yang Bapa punya adalah Aku punya.” Ini bermakna bahwa Roh Kudus menyampaikan kebenaran tentang Kristus, namun Kristus menerimanya dari Bapa. Karena :“Segalah yang Bapa punya adalah Aku punya” atau dengan kata lain “Apa yang menjadi milikMu adalah milikKu, milikKu adalah milikMu.” (Yoh 17:10), sehingga ketika Roh Kudus berkarya maka “Firman Allah” yang dinampakkan, namun karena milik dan punyai Bapa adalah juga milik atau punyaNya Firman, jelas dengan Firman dinampakkan atau diwahyukan Roh Kudus, maka sekaligus Bapa yang diwahyukan. Itulah sebabnya melalui FirmanNya di dalam RohNya ini Bapa dapat memandang diriNya. Demikian juga dengan mengenal Kristsus manusia mengenal Allah. Serta dengan melihat Kristus orang telah melihat Allah. Karena melalui Roh Kudus itu punya Kristsus dinyatakan pada manusia, dan punya Kristus adalah punya Bapa. Demikianlah berarti punya dan milik Roh Kudus, adalah punya dan milik Firman, dan punya dan milik Firman adalah punya dan milik Bapa. Sehingga dalam hypostasis Roh Allah, Firman Allah dan Allah sendiri di mana kedua hypostasis itu bersemayam terdapat satu milik dan satu kepunyaan. Yaitu hanya terdapat satu essensi/dzat hakekat, satu sifat-sifat ilahi, satu kemuliaan, satu kekekalan, satu kuasa. Yang semuanya itu bersumber dari Allah Yang Esa dan dimiliki oleh Firman dan RohNya sekaligus, karena kedua hypostasis ini berdiam dalam hakekat diri Allah yang satu itu. Dengan demikian makin menegaskan bahwa Allah itu Esa, dengan memiliki hypostasis Firman dan Roh Allah di dalam hakekat diriNya yang Esa itu. Dilihat secara bersama ketiga hypostasis itu adalah satu Allah, karena berada dalam satu hakekat dengan sifat-sifat yang tunggal. Dilihat pada masing-masingnya Bapa itu Allah, karena Ialah sumber ke-Allah-an dimana hakekat ke-Allah-an yang satu itu berada, Firman (Anak) itu Allah karena Ia berada dalam hakekat ke-Allah-an yang satu dan yang sama di dalam Bapa serta seluruh kepenuhan ke-Allah-an berdiam didalamNya, Roh Allah (Roh Kudus) itu Allah karena alasan yang sama seperti halnya keilahian Firman Allah. Namun bukan berarti ada tiga Allah, sebab ke-Allah-an yang dimiliki masing-masing hypostasis itu adalah ke-Allah-an yang satu dan yang sama yang berada dalam diri Allah yang Esa, karena baik Firman maupun Roh itu tinggalnya di dalam hakekat Allah yang satu itu, dan didalam Firman dan Roh Allah ini hakekat ke-Allah-an yang satu yang dimiliki Bapa (Allah Yang Esa) itu juga tinggal.
Karena yang dinyatakan oleh Roh Kudus itu diambil dari Firman ( Putra) , dan pada hakekatNya itu milik Bapa (Allah) karena Roh Kudus itu mencurahkan kasih dan segala kepenuhan Bapa kepada Firman, serta milik Bapa yang telah dicurahkan pada Firman itu oleh Putra ( Firman) ini di dalam Roh yang sama dipantulkan kembali kepda Sang Bapa, maka jelaslah bahwa ketiga hypostasis dalam Allah yang Esa itu meskipun bisa dibedakan ciri-ciri khas masing-masing tetapi tidak bisa dipisahkan. Dari interaksi yang ada antara ketiga hypostasis di dalam diri Allah yang Esa itu terlihat lingkaran gerakan kasih dan kemuliaan yang kekal di dalam Allah. Bersamaan dicurahkanNya kasih Allah kasih Allah dicurahkan pula kemuliaan dan kepenuhan Allah itu kepada Firman Allah ( Putra) melalui Roh Kudus. Sehingga oleh interaksi yang demikian ini disamping Roh Kudus itu sepenuhnya di dalam Bapa ( 1 Kor 2:10-11) Ia juga berdiam sepenuhnya di dalam Putra. Karena memang “Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas” ( Yohanes 3:34) kepada FirmanNya ini. Secara sempurna Roh itu berada dalam dzat hakekat Bapa yang Esa itu, namun sepenuhnya Ia berdiam juga pada Firman Allah yang juga berada dalam dzat hakekat Allah yang Esa yang sama itu. Sehingga Firman yang secara sempurna diam di dalam Bapa karena Dia adalah FirmanNya Bapa, itu juga sepenuhnya diam di dalam Roh Kudus karena Roh Kudus itu tidak menyatakan diriNya sendiri tetapi menyatakan, memuliakan dan membuat realita kongkrit dari jatidiri Firman ( Putra) dinyakan pada Bapa, dalam saling pandang yang kekal itu. Selanjutnya Bapa ( Allah Yang Esa) pun diam di dalam Roh Kudus karena Roh Kudus itu memantulkan atau mencurahkan kepenuhan ke Allahan Bapa kepada Firman ( Putra), sekaligus juga diam dalam FirmanNya karena FirmanNya merupakan “Tajjali” dan “GambarNya” sendiri.
Ketiga hypostasis illahi ini jelas bukan tiga Allah karena masing-masingnya saling diam-mendiami satu di dalam yang lain dan berada dalam dzat-hakekat Allah yang satu dengan sifat-sifat illahi yang tunggal dan sama bertindih tepat itu. Ciri khas masing-masing memang dapat dibedakan namun jelas tak dapat dipisahkan. Karena hyspotasis-hypostasis ini bukan ilah-ilah yang saling terpisah dan saling mandiri, namun realita-realita kongkrit dari keberadaan kekal; didalam diri Allah yang Esa itu, dengan satu hypostasis berada di dalam hypostasis yang lain secara tak terpisahkan. Bahwa ketiga hypostasis Ilahi ini tak dipisahkan itu adalah jelas karena Bapa tinggal di dalam Firman sepenuhnya dan FirmanNya tinggal di dalam Bapa. Bapa tinggal di dalam RohNya, RohNya sepenuhnya tinggal didalam Bapa. Roh tinggal dalam Firman, dan Firmanpun tinggal dalam Roh seperti yang telah kita bahas diatas.
Karena sifat mewahyukan Diri melalui Firman atau SabdaNya secara kekal di dalam Roh Kudus inilah, maka Allah itu menyatakan diriNya kepada manusia melalui FirmanNya dalam Roh Kudus yang sama ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Suci demikian :
Roh Kudus” keluar dari Bapa” untuk “bersaksi tentang Firman”, yaitu untuk menyatakan Firman itu, dalam proses penyataan itu kepada Bapa, maka Roh Kudus oleh Firman dikembalikan kepada Bapa, yaitu “diutus oleh Firman” sehingga kepada Bapa Firman itu disaksikan atau dinyatakan. Sehingga Bapa melihat diriNya sendiri melalui Firman di dalam Roh Kudus. Namun “pengutusan Roh Kudus” oleh Firman bagi bersaksi tentang Firman itu berlanjut setelah adanya ciptaan. Karena sumber pewahyuan Firman kepada manusia itu berlandaskan kodrat kekal yang ada di dalam Allah, dimana memang Firman itu sarana penyataan diri Allah di dalam Roh Kudus, sebagaimana di katakan : “…tidak seorangpun mengenal Bapa (Allah Yang Esa) selain Anak (Firman Allah; karena Ia berada satu dan kekal di dalam Bapa, serta Ia yang secara kekal memandang Bapa) dan orang yang kepadanya Anak itu (Firman Allah itu) berkenan menyatakanNya.” (Mat 11:27). Ayat ini menjelaskan bahwa manusia mengenal Allah hanya karena perkenan Firman itu untuk menyatakanNya, berarti Firman memang sarana penyataan diri Allah. Namun penyataan Diri Allah kepada manusia oleh Firman ini disebabkan karena Firman itu telah mengenal Bapa, yaitu mengenal sejak kekal dalam hakekat Allah yang Esa itu sendiri. Berarti apapun karya Firman Allah dalam hubunganNya dengan Allah di dunia ini, pada hakekatnya disebabkan oleh hubungan kekal yang sudah ada dalam kekekalan azali, dan karyaNya di dunia ini hanya penyataan dan manifestasi dari keberadaan kodrat hubungan kekal yang sudah ada itu. Dan cara Firman itu menyatakan Bapa (Allah yang Esa) adalah melalui Roh Kudus yang diutusNya, atau yang dipantulkan kembali setelah Ia menerimaNya dari Bapa. Melalui pemantulan Diri Firman itulah dikatakan Roh itu “memberitakan …apa yang diterima daripadaKu/Firman”. Roh Kudus menyatakan Firman (“Memberitakan”, “memuliakan”, “bersaksi” tentang Firman), karena Ia menerima dari Firman, artinya didalam Roh itu Firman tinggal sebagai yang dipantulkan olehNya, meskipun Roh itu keluarNya hanya dari Bapa saja. Jadi Allah mengenal diriNya melalui FirmanNya di dalam RohNya yang keluar dari diri Allah sendiri sebagai satu-satunya sumber keberadaan kekal dari Roh itu. Karena Roh itu yang memantulkan Firman Allah (-Firman yang diperanakkan dari dalam Allah sejak kekal itu-) kepada Allah sendiri. Dengan tercurahNya Roh itu kepada Firman, dan menerima apa yang ada dalam Firman itu. Dan keberadaan ini yang dinyatakan kepada manusia, sehingga dikatakan:
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Kristus (Firman Allah yang menjadi manusia), adalah gambaran Allah, karena itulah “Kemuliaan Allah ….nampak pada wajah Kristus”. Bagi orang yang akan binasa, yaitu orang kafir, yang pikirannya dibutakan oleh iblis yaitu ilah zaman ini, mereka tak dapat melihat kemuliaan Kristus ini, sehingga mereka dapat mengenal kemuliaan Allah yang Nampak pada wajah Kristus, sebagai Firman Allah yang menjelma itu. Ini disebabkan hanya Roh Kudus saja yang dapat menyatakan kemuliaan Kristus atau ke-Tuhan-an Kristus itu sebagaimana dikatakan :
Roh Kudus adalah lingkup di mana kemuliaan Kristus dapat dimengerti, dan keberadaan ini memang keberadaan kekal di dalam Diri Allah yang Esa itu. Jika Roh Kudus menyatakan diri yang dinyatakan adalah kemuliaan Allah nampak pada wajah Kristus. Manifestasi Roh Kudus adalah untuk “,memberitakan” dan “memuliakan” serta “bersaksi” tentang Sabda Allah/Firman Allah/Anak Allah. Jadi bukan untuk diriNya sendiri Roh Kudus itu menyatakan diri itu. Maka jika ada yang mengatakan bahwa dengan Gereja Orthodox menolak sisipan “Filioque” pada Pengakuan Iman Nikea yang asli – yang akan kita bahas di bawah, lalu menyebabkan adanya Teologi Mistik yang tidak Kristosentrik (berpusat pada Kristus), itu adalah suatu kekeliruan dan kesalah fahaman bahkan ketidak tahuan yang serius terhadap Iman Kristen Orthodox ini. Karena dalam pengajaran Iman Orthodox, Roh Kudus keluar dari Bapa saja, namun langsung tinggal dalam Putra, dan oleh Putra langsung diutus kepada Bapa yaitu dipantulkan sehingga Putra itu diberitakan, disaksikan dan dimuliakan atau dinyatakan kepada Bapa, dan selanjutnya juga kepada umat manusia. Dengan demikian pengakuan bahwa keluarNya Roh Kudus dari Bapa saja itu tak menyebabkan mistik mistik yang tidak Kristosentris, karena Roh Kudus yang keluar dari Bapa dan diam di dalam Firman/Putra ini utnuk memuliakan dan menyaksikan tentang Putra/Firman ini. Sehingga tanpa Roh Kudus, tidak ada penyataan Diri Allah di dalam FirmanNya kepada Allah sendiri,dan dengan demikian juga dalam tingkat ciptaan, manusia tidak bisa mengaku atau mengerti tentang keIlahian Yesus Kristus tanpa Roh Kudus ini, akibatnya manusia tak dapat mengenal Allah secara benar.
“Sebab di dalam Dialah berdiam secara jasmania seluruh kepenuhan ke-Allah-an.” (Kol 2:9).
Kelihatannya memang Firman Allah terpisah dari Allah, dan Roh Allah. Ini disebabkan Ia menampakkan diri dalam wujud penjelmaanNya, sedangkan keilahianNya tak dapat dilihat mata. Namun dapat kita bayangkan jika Roh Allah berwujud “seperti” (jadi bukan sunggu-sunggu demikian wujudNya) burung merpati, lalu hinggap pada Yesus Kristus: Firman menjelma itu, maka dapat kita lihat bahwa tanpa terpisah dari Allah (buktinya Allah masih hidup dan menyatakan FirmanNya kepada manusia, dan tetap berkuasa buktinya dunia tidak lebur) yang di sorga, Ia juga tinggal pada Yesus Kristus (Firman Allah yang menjelma) (karena Ia Nampak hinggap diatasNya untuk tinggal padaNya), dengan demikian Roh Allah itu tinggal pada Bapa namun juga pada Firman yang menjelma. Dengan demikian Firman Allah tetap satu dalam Allah, melalui RohNya ini. Sedangkan secara jasmania yaitu dalam wujud kemanusian yang Nampak sedang dibaptis itu, sebenarnya seluruh kepenuhan ke-Allah-an yang jelas tak dapat dilihat oleh mata itu, berdiam atau bersemanyam dan berada di dalam Dia yaitu di dalam diri yang terdalam dari wujud penjelmaan Firman Allah : Yesus Kristus, sebagai manusia yang nampak mata itu. Dengan demikian seluruh kepenuhan ke-Allah-an yang ada di sorga itu ternyata berada di dalam FirmanNya juga bahkan secara jasmania dalam wujud penjelmaanNya itu. Dengan demikian Firman Allah tetap satu dalam diri Allah bahkan bahkan ketika menjelma menjadi manusia. Jadi Allah tetap tak terpisahkan dari FirmanNya dan Firmanpun tetap satu dengan Allah, atau tinggal dalam Bapa. Padahal tinggalNya pada Bapa itu pada Dzat-Hakekat yang Esa, berarti Yesus Kristus baik secara kepenuhan ke-Allah-an , maupun melalui tinggalNya Roh Allah dalam Bapa dan dalam diriNya tetap satu di dalam dzat hakekat Allah yang Esa itu. Hanya hal itu tak terlihat mata, karena peristiwa di sini adalah peristiwa “penampakan” oleh karena itu memang yang nampak mata yang harus diketahui manusia, sedangkan yang ghoib atau yang tak nampak mata tetap tak diketahui manusia. Keberadaan kekal itulah yang dinyatakan dalam “epiphany” ini agar manusia dapat belajar dan mengerti rahasia mengenai kebenaran hubungan antara hypostasis-hypostasis yang ada dalam Allah yang Satu itu. Yaitu “Firman” itu adalah Anak Allah yang menjadi sasaran “Kasih” dan “Perkenan Allah” dan bahwa Roh Kudus itu keluar hanya dari Allah (Bapa) untuk tinggal didalam “Firman” bagi mencurahkan kasih Allah kepadaNya. Oleh kartena itu mengenai hal ini dikatakan oleh Yohanes Pembaptis sebagai saksi mata peristiwa itu, demikian :
“Dan Yohanes memberi kesaksian katanya : “Aku telah melihat Roh turun seperti merpati, dan Ia tinggal diatasNya.” (Yoh 1:32).
Kesaksian Yohanes ini menegaskan bahwa “Roh Allah turun dari langit, yaitu keluar dari Bapa”, serta “Ia tinggal” di atas Putra, dan tentunya langsung juga ke dalamNya. Karena Allah “…mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas (kepada FirmanNya ini)” (Yoh 3:34). Berarti Roh Allah itu tinggal dalam Allah namun juga sekaligus tinggal dalam Firman Allah, padahal Firman itu juga tinggal di dalam Allah, sebagaimana Allah juga tinggal di dalam FirmanNya, otomatis Firman juga tinggal dalam Roh Allah dan Allahpun tinggal dalam Rohnya sendiri. Demikianlah ketika dibicarakan tiga hypsotasis ternyata ketiganya itu adalah satu, karena saling mendiami secara tak terpisahkan. Ketika dibicarakan yang satu, ternyata terdapat di dalam yang satu ini hypostasis Firman Allah dan hypostasis Roh Allah, karena memang Allah itu Esa. Oleh karena itu di dalam Gereja Orthodox perayaan pembaptisan Kristus ini dinyatakan sebagai penyataan Ilahi mengenai Tritunggal Maha Kudus, yaitu penyataan Ilahi dari hubungan yang ada diantara Allah, FirmanNya sendiri, dan RohNya yang kekal di dalam DiriNya Yang Esa itu.
Karena (keluarNya) Roh Kudus dari Bapa sejak kekal itu berfungsi sebagai pencurah kasih Allah kepada Firman Allah, dan bertindih tepat dengan berlangsungNya Bapa menyatakan diriNya di dalam FirmanNya, maka disinilah Roh Kudus mencurahkan kasih Bapa sepenuhnya kepada Putra (Firman) dan sekaligus Roh Kudus memantulkan balik kasih Anak kepada Bapa. Demikianlah Roh Kudus berfungsi ganda dalam gerak hidup Ilahi Yang Esa itu, sebagai pencurah kasih Allah kepada Putra (Firman) dan sebagai pemantulan kasih itu dari Putra (Firman) kepada Bapa (Allah Yang Esa), sebagaimana yang terkandung dalam makna kata “O logos pros ton Theon” (Yoh 1:1) “O Logos = Firman itu, pros ton Theon = menuju kepada Allah” yang bermakna berhadap-hadapan dengan Allah”, inilah keberadaan saling memandang secara kekal itu. Bapa melihat CitraNya sendiri dan mengasihi CitraNya itu, yang mana kasih itu dicurahkan oleh Roh Kudus kepadaNya. Dan Putra (Firman Allah) itu memantulkan kembali kasih Bapa, sehingga di dalam Allah Yang Esa terdapat satu gerakan kasih yang kekal.
Maka fungsi Roh Kudus itu bukanlah untuk menyatakan diriNya sendiri namun untuk menyatakan Putra (Firman Allah), yaitu menjadi lingkup Allah sendiri untuk mengenal diriNya did alam FirmanNya itu, atau sebagai lingkup penyataan diri Allah melalui firmanNya. Itulah yang dimaksud oleh Sang Kristus mengenai Roh Kudus, yang berikut ini :
“Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan menuntun kamu dalam seluruh kebenaran : Sebab Ia tidak akan berkata-kata dalam diriNya sendiri , tetapi segala sesuatu yang didengarNya itulah yang akan dikatakanNya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. Ia akan memuliakan Aku, sebab ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu. Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu aku berkata ; Ia akan memeritakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu.” (Yoh 16:13-15).
Memang ayat ini berbicara mengenai pekerjaan Roh Kudus di dalam dunia ini kepada manusia. Namun karena aktivitas hubungan dari setiap hypostasis dai dalam Allah itu adalah kekal, maka demikian pula apa yang dikatakan dalam ayat ini mengenai karaya Roh Kudus itu dikatakan dalam ayat ini mengenai karya Roh Kudus itu itupun bersifat kekal. Aktivitas Roh Kudus menurut ayat ini ialah “memuliakan Aku” serta “akan memberitakan kepadamu apa yang diterimaNya dari padaKu”. Roh Kudus memuliakan Kristus karena Ia menerima isi berita dari Kristus. Berarti isi berita yang disampaikan Roh Kudus adalah Kristus, karena Ia memuliakan Kristus, namun sumbernya juga dari Kristus. Maka jelas Kristuslah yang dinyatakan Roh Kudus dan bukan diriNya sendiri, Roh Kudus tidak mengambil dari dirNya sendiri tetapi dari Kristus, karena bukan diriNya yang dinyatakan tetapi Kristus. Maka Roh Kudus adalah sarana dan lingkup di mana Kristus dimengerti dan difahami yaitu diwahyukan. Lebih jauh dikatakan “diterimaNya dari padaKu, sebab segala sesuatu yang Bapa punya adalah Aku punya.” Ini bermakna bahwa Roh Kudus menyampaikan kebenaran tentang Kristus, namun Kristus menerimanya dari Bapa. Karena :“Segalah yang Bapa punya adalah Aku punya” atau dengan kata lain “Apa yang menjadi milikMu adalah milikKu, milikKu adalah milikMu.” (Yoh 17:10), sehingga ketika Roh Kudus berkarya maka “Firman Allah” yang dinampakkan, namun karena milik dan punyai Bapa adalah juga milik atau punyaNya Firman, jelas dengan Firman dinampakkan atau diwahyukan Roh Kudus, maka sekaligus Bapa yang diwahyukan. Itulah sebabnya melalui FirmanNya di dalam RohNya ini Bapa dapat memandang diriNya. Demikian juga dengan mengenal Kristsus manusia mengenal Allah. Serta dengan melihat Kristus orang telah melihat Allah. Karena melalui Roh Kudus itu punya Kristsus dinyatakan pada manusia, dan punya Kristus adalah punya Bapa. Demikianlah berarti punya dan milik Roh Kudus, adalah punya dan milik Firman, dan punya dan milik Firman adalah punya dan milik Bapa. Sehingga dalam hypostasis Roh Allah, Firman Allah dan Allah sendiri di mana kedua hypostasis itu bersemayam terdapat satu milik dan satu kepunyaan. Yaitu hanya terdapat satu essensi/dzat hakekat, satu sifat-sifat ilahi, satu kemuliaan, satu kekekalan, satu kuasa. Yang semuanya itu bersumber dari Allah Yang Esa dan dimiliki oleh Firman dan RohNya sekaligus, karena kedua hypostasis ini berdiam dalam hakekat diri Allah yang satu itu. Dengan demikian makin menegaskan bahwa Allah itu Esa, dengan memiliki hypostasis Firman dan Roh Allah di dalam hakekat diriNya yang Esa itu. Dilihat secara bersama ketiga hypostasis itu adalah satu Allah, karena berada dalam satu hakekat dengan sifat-sifat yang tunggal. Dilihat pada masing-masingnya Bapa itu Allah, karena Ialah sumber ke-Allah-an dimana hakekat ke-Allah-an yang satu itu berada, Firman (Anak) itu Allah karena Ia berada dalam hakekat ke-Allah-an yang satu dan yang sama di dalam Bapa serta seluruh kepenuhan ke-Allah-an berdiam didalamNya, Roh Allah (Roh Kudus) itu Allah karena alasan yang sama seperti halnya keilahian Firman Allah. Namun bukan berarti ada tiga Allah, sebab ke-Allah-an yang dimiliki masing-masing hypostasis itu adalah ke-Allah-an yang satu dan yang sama yang berada dalam diri Allah yang Esa, karena baik Firman maupun Roh itu tinggalnya di dalam hakekat Allah yang satu itu, dan didalam Firman dan Roh Allah ini hakekat ke-Allah-an yang satu yang dimiliki Bapa (Allah Yang Esa) itu juga tinggal.
Karena yang dinyatakan oleh Roh Kudus itu diambil dari Firman ( Putra) , dan pada hakekatNya itu milik Bapa (Allah) karena Roh Kudus itu mencurahkan kasih dan segala kepenuhan Bapa kepada Firman, serta milik Bapa yang telah dicurahkan pada Firman itu oleh Putra ( Firman) ini di dalam Roh yang sama dipantulkan kembali kepda Sang Bapa, maka jelaslah bahwa ketiga hypostasis dalam Allah yang Esa itu meskipun bisa dibedakan ciri-ciri khas masing-masing tetapi tidak bisa dipisahkan. Dari interaksi yang ada antara ketiga hypostasis di dalam diri Allah yang Esa itu terlihat lingkaran gerakan kasih dan kemuliaan yang kekal di dalam Allah. Bersamaan dicurahkanNya kasih Allah kasih Allah dicurahkan pula kemuliaan dan kepenuhan Allah itu kepada Firman Allah ( Putra) melalui Roh Kudus. Sehingga oleh interaksi yang demikian ini disamping Roh Kudus itu sepenuhnya di dalam Bapa ( 1 Kor 2:10-11) Ia juga berdiam sepenuhnya di dalam Putra. Karena memang “Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas” ( Yohanes 3:34) kepada FirmanNya ini. Secara sempurna Roh itu berada dalam dzat hakekat Bapa yang Esa itu, namun sepenuhnya Ia berdiam juga pada Firman Allah yang juga berada dalam dzat hakekat Allah yang Esa yang sama itu. Sehingga Firman yang secara sempurna diam di dalam Bapa karena Dia adalah FirmanNya Bapa, itu juga sepenuhnya diam di dalam Roh Kudus karena Roh Kudus itu tidak menyatakan diriNya sendiri tetapi menyatakan, memuliakan dan membuat realita kongkrit dari jatidiri Firman ( Putra) dinyakan pada Bapa, dalam saling pandang yang kekal itu. Selanjutnya Bapa ( Allah Yang Esa) pun diam di dalam Roh Kudus karena Roh Kudus itu memantulkan atau mencurahkan kepenuhan ke Allahan Bapa kepada Firman ( Putra), sekaligus juga diam dalam FirmanNya karena FirmanNya merupakan “Tajjali” dan “GambarNya” sendiri.
Ketiga hypostasis illahi ini jelas bukan tiga Allah karena masing-masingnya saling diam-mendiami satu di dalam yang lain dan berada dalam dzat-hakekat Allah yang satu dengan sifat-sifat illahi yang tunggal dan sama bertindih tepat itu. Ciri khas masing-masing memang dapat dibedakan namun jelas tak dapat dipisahkan. Karena hyspotasis-hypostasis ini bukan ilah-ilah yang saling terpisah dan saling mandiri, namun realita-realita kongkrit dari keberadaan kekal; didalam diri Allah yang Esa itu, dengan satu hypostasis berada di dalam hypostasis yang lain secara tak terpisahkan. Bahwa ketiga hypostasis Ilahi ini tak dipisahkan itu adalah jelas karena Bapa tinggal di dalam Firman sepenuhnya dan FirmanNya tinggal di dalam Bapa. Bapa tinggal di dalam RohNya, RohNya sepenuhnya tinggal didalam Bapa. Roh tinggal dalam Firman, dan Firmanpun tinggal dalam Roh seperti yang telah kita bahas diatas.
Karena sifat mewahyukan Diri melalui Firman atau SabdaNya secara kekal di dalam Roh Kudus inilah, maka Allah itu menyatakan diriNya kepada manusia melalui FirmanNya dalam Roh Kudus yang sama ini, sebagaimana yang dinyatakan oleh Kitab Suci demikian :
“Jikalau penghibur yang Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tantang Aku.” (Yoh 15:26).
“Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterimanya dari padaKu.” (Yoh 16:14).
Roh Kudus” keluar dari Bapa” untuk “bersaksi tentang Firman”, yaitu untuk menyatakan Firman itu, dalam proses penyataan itu kepada Bapa, maka Roh Kudus oleh Firman dikembalikan kepada Bapa, yaitu “diutus oleh Firman” sehingga kepada Bapa Firman itu disaksikan atau dinyatakan. Sehingga Bapa melihat diriNya sendiri melalui Firman di dalam Roh Kudus. Namun “pengutusan Roh Kudus” oleh Firman bagi bersaksi tentang Firman itu berlanjut setelah adanya ciptaan. Karena sumber pewahyuan Firman kepada manusia itu berlandaskan kodrat kekal yang ada di dalam Allah, dimana memang Firman itu sarana penyataan diri Allah di dalam Roh Kudus, sebagaimana di katakan : “…tidak seorangpun mengenal Bapa (Allah Yang Esa) selain Anak (Firman Allah; karena Ia berada satu dan kekal di dalam Bapa, serta Ia yang secara kekal memandang Bapa) dan orang yang kepadanya Anak itu (Firman Allah itu) berkenan menyatakanNya.” (Mat 11:27). Ayat ini menjelaskan bahwa manusia mengenal Allah hanya karena perkenan Firman itu untuk menyatakanNya, berarti Firman memang sarana penyataan diri Allah. Namun penyataan Diri Allah kepada manusia oleh Firman ini disebabkan karena Firman itu telah mengenal Bapa, yaitu mengenal sejak kekal dalam hakekat Allah yang Esa itu sendiri. Berarti apapun karya Firman Allah dalam hubunganNya dengan Allah di dunia ini, pada hakekatnya disebabkan oleh hubungan kekal yang sudah ada dalam kekekalan azali, dan karyaNya di dunia ini hanya penyataan dan manifestasi dari keberadaan kodrat hubungan kekal yang sudah ada itu. Dan cara Firman itu menyatakan Bapa (Allah yang Esa) adalah melalui Roh Kudus yang diutusNya, atau yang dipantulkan kembali setelah Ia menerimaNya dari Bapa. Melalui pemantulan Diri Firman itulah dikatakan Roh itu “memberitakan …apa yang diterima daripadaKu/Firman”. Roh Kudus menyatakan Firman (“Memberitakan”, “memuliakan”, “bersaksi” tentang Firman), karena Ia menerima dari Firman, artinya didalam Roh itu Firman tinggal sebagai yang dipantulkan olehNya, meskipun Roh itu keluarNya hanya dari Bapa saja. Jadi Allah mengenal diriNya melalui FirmanNya di dalam RohNya yang keluar dari diri Allah sendiri sebagai satu-satunya sumber keberadaan kekal dari Roh itu. Karena Roh itu yang memantulkan Firman Allah (-Firman yang diperanakkan dari dalam Allah sejak kekal itu-) kepada Allah sendiri. Dengan tercurahNya Roh itu kepada Firman, dan menerima apa yang ada dalam Firman itu. Dan keberadaan ini yang dinyatakan kepada manusia, sehingga dikatakan:
“Jikalau Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang binasa, yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah Sebab Allah telah berfirman : Dari dalam gelap akan terbit terang ! Ia juga membuat terangNya bercahaya didalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang Nampak pada wajah Kristus”. ( II Kor 4:3-4, dan 6 ).
Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa Kristus (Firman Allah yang menjadi manusia), adalah gambaran Allah, karena itulah “Kemuliaan Allah ….nampak pada wajah Kristus”. Bagi orang yang akan binasa, yaitu orang kafir, yang pikirannya dibutakan oleh iblis yaitu ilah zaman ini, mereka tak dapat melihat kemuliaan Kristus ini, sehingga mereka dapat mengenal kemuliaan Allah yang Nampak pada wajah Kristus, sebagai Firman Allah yang menjelma itu. Ini disebabkan hanya Roh Kudus saja yang dapat menyatakan kemuliaan Kristus atau ke-Tuhan-an Kristus itu sebagaimana dikatakan :
“…tidak ada seorangpun, yang dapat mengaku:”Yesus adalah Tuhan” selain oleh Roh Kudus.” ( I Kor 12:3 ).
Roh Kudus adalah lingkup di mana kemuliaan Kristus dapat dimengerti, dan keberadaan ini memang keberadaan kekal di dalam Diri Allah yang Esa itu. Jika Roh Kudus menyatakan diri yang dinyatakan adalah kemuliaan Allah nampak pada wajah Kristus. Manifestasi Roh Kudus adalah untuk “,memberitakan” dan “memuliakan” serta “bersaksi” tentang Sabda Allah/Firman Allah/Anak Allah. Jadi bukan untuk diriNya sendiri Roh Kudus itu menyatakan diri itu. Maka jika ada yang mengatakan bahwa dengan Gereja Orthodox menolak sisipan “Filioque” pada Pengakuan Iman Nikea yang asli – yang akan kita bahas di bawah, lalu menyebabkan adanya Teologi Mistik yang tidak Kristosentrik (berpusat pada Kristus), itu adalah suatu kekeliruan dan kesalah fahaman bahkan ketidak tahuan yang serius terhadap Iman Kristen Orthodox ini. Karena dalam pengajaran Iman Orthodox, Roh Kudus keluar dari Bapa saja, namun langsung tinggal dalam Putra, dan oleh Putra langsung diutus kepada Bapa yaitu dipantulkan sehingga Putra itu diberitakan, disaksikan dan dimuliakan atau dinyatakan kepada Bapa, dan selanjutnya juga kepada umat manusia. Dengan demikian pengakuan bahwa keluarNya Roh Kudus dari Bapa saja itu tak menyebabkan mistik mistik yang tidak Kristosentris, karena Roh Kudus yang keluar dari Bapa dan diam di dalam Firman/Putra ini utnuk memuliakan dan menyaksikan tentang Putra/Firman ini. Sehingga tanpa Roh Kudus, tidak ada penyataan Diri Allah di dalam FirmanNya kepada Allah sendiri,dan dengan demikian juga dalam tingkat ciptaan, manusia tidak bisa mengaku atau mengerti tentang keIlahian Yesus Kristus tanpa Roh Kudus ini, akibatnya manusia tak dapat mengenal Allah secara benar.