Oleh : Presbiter Yohanes Bambang C
Wicaksono, MTS
Iman Kristen Orthodox adalah suatu kebenaran yang diwahyukan oleh
Allah. Pewahyuan itu pertama kali diberikan kepada Adam sendiri dengan
janji akan datangnya “ Keturunan Perempuan/Maryam”, yaitu Almasih, yang
akan “meremukkan kepala Ular/Iblis” (Kejadian 3:15). Dilanjutkan dengan
janji Allah kepada Nuh tentang akan dipujinya nama”ALLAH” dari keturunan
Nabi Nuh ini melalui jalur keturunan Sem (Kej. 9:25-27). Dan dari
keturunan Se mini ternyata Allah dipuji melalui pemilihan
Abraham/Ibrahim, melalui jalur Ishak dan Yakub yang kepada mereka
dijanjikan akan adanya “Keturunan” (Kej 12:3, 22:18, 17:19, 26:4,
35:11), dan keturunan yang dimaksud untuk menjadi berkat bagi seluruh
manusia dimuka bumi melalui jalur Ibrahim/Abraham, Ishak dan Yakub ini
adalah “Almasih” (“Kristus”) – (Gal 3:16). Dari jalur yakub ini
munculnya Bani Israel, dari situ Nabi Musa menubuatkan bahwa dari
“tengah-tengahmu” yaitu dari tengah-tengah Israel akan muncul Nabi Besar
seperti Musa, dan Nabi Ini tak lain adalah Almasih (Ul 18:15. Kis
3:21-24). Sehingga dengan datangnya Kristus maka segenap nubuat dan
wahyu tentang kedatangan Almasih itu sudah tergenapi. Maka Almasih adalah
puncak segalah wahyu dan akhir dari segalah risalah kenabian
sebagaimana yang telah dijanjikan Allah melalui nabi-nabinya terdahulu.
Keberadaan Almasih sebagai “Firman Allah yang menjadi daging” ini (Yoh
1:14) disaksikan oleh para rasul yaitu murid-murid dan utusan-utusan
Almasih. Dan kepada mereka inilah diserahkan wibawa untuk mengajar dan
menyebarkan ajaran kebenaran wahyu yang sudah genap dan paripurna itu
didalam Almasih : Yesus Kristus. Sehingga pada jaman purba itu sumber
Ajaran Keimanan itu adalah ajaran para Rasul sendiri (Kis 2:42, Luk 1:2,
Ibr 2:3), baik yang bersifat lisan maupun yang kemudian bersifat
tulisan dalam surat-surat (II Tes 2:15, II Tes 2:2).
Surat-surat Rasuliah ini akhirnya terkumpul dalam kanon Perjanjian Baru,
sedangkan yang ajaran lisantetap dihidupi Oleh Gereja dalam Wujud
Paradosis Kudus. Paradosis Kudus ini akhirnya berkembang dalam bentuk
konkrit dalam : Tertib Ibadah, Sakramen-sakramen, Teks-teks Liturgis,
Pengakuan Iman Gereja, Tulisan Para Bapa Gereja, Hukum Kanon Gereja,
bentuk seni bangunan Gereja, Hirarki Gereja, Kehidupan Para Orang Kudus
Gereja, Tradisi Dogmatis Gereja, Rumusan-Rumusan Konsili-Konsili Gereja.
Paradosis Kudus adalah lingkup yang didalamnya Perjanjian Baru itu
dapat dimengerti dan ditafsirkan secara benar dan tidak menyimpang.
Ajaran Rasuliah
ini dengan berlalunya waktu dirumuskan dengan rumusan pendek-pendek,
misalnya : I Kor 8:6, Kol 1:15-16, Rom 10:9-10, I Kor 15:3-5, dll.
Rumusan pendek-pendek ini biasanya diucapkan pada saat seorang
dibaptiskan, dan mulai dikumpulkan dalam bentuk Pengakuan Iman (Syahadat
atau Kredo). Syahadat yang pertama kali mempunyai bentuk baku adalah
Syahadat dari Gereja Orthodox local di Roma, yang sekarang kita sebut
sebagai: Pengakuan Iman Rasuli. Jadi Pengakuan Iman Rasuli adalah
rumusan dari Pengakuan Iman Gereja Barat, yang tak bersifat Universal,
namun Lokal saja. Gereja-gereja Protestan yang pada dasarnya produk
Gereja Barat mewarisi Iman Rasuliah yang didapatkannya dari Gereja Roma
itu. Digereja Timur pun muncul rumusan-rumusan pendek seperti itu namun
tak segera menjadi baku. Pada saat Konsili Universal dari Gereja
Orthodox Purba yang mengikut sertakan Timur dan Barat yang dilakukan di
pusat Gereja Timur; Nikea-Konstantinopel (325, 381 Masehi) Rumusan
Universal dari Iman Rasuli itupun dihasilkan. Dan inilah yang disebut
sebagai Pengakuam Iman Nikiea atau Shahadat Nikea. Karena Syahadat ini
isinya lebih rinci dari pada Syahadat Rasuli, serta menyangkut
keseluruan yang ada didalam Syahadat Rasuli, maka syahadat inilah yang
menjadi Syahadat inilah yang menjadi standard pengakuan Gereja. lagi
pula ini dirumuskan oleh Gereja Universal yang esa, yang belum
terpecah-pecah, dan bukan produk Gereja Lokal, maka Iman ini adalah Iman
yang Universal dari Gereja yang esa itu. Inilah Iman Rasulia Gereja
Purba, bukan ide sekterian dari suatu aliran keagamaan tertentu. Inilah
symbol Iman Kristen Orthodox sejati. Dan atas dasar Pengakuan Iman Nikea
inilah kita akan membicarakan segenap kebenaran wahyu Ilahi itu dalam
pembicaraan kita tentang Aqidah ini, karena Pengakuam Iman ini adalah
ringkasan dari seluruh ajaran Rasuliayang termaktub dalam Kitab Suci.
a. Sesudah kebangkitanNya Kristus
memerintahkan kepada kesebelas Rasul (Karena Yudas Iskariot telah mati bunuh
diri).”………pergilah jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah dalam nama
Bapa, Anak dn Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Perintah ini mengandung beberapa hal :
Para Rasul itu adalah pelanjut misi Kristus, para Rasul itu adalah pelaksana
Sakramen, Para Rasul itu adalah pengajar.serta isi ajaran Rasul itu adalah
“Segala sesuatu” yang diperintahkan Kristus kepada Para Rasul tadi. Dengan
demikian isi ajaran Rasul adalah ajaran Kristus sendiri. Karena Kristuslah yang
memerintahkan dan menetapkan Rasul-Rasul ini untuk mengajar berarti ajaran
Rasul itu haruslah menjadi stndart bagi siapapun yang ingin mengenal ajaran Kristus yang benar karena isi
ajaran Rasuliah itu tak lain adalah “Segalah sesuatu yang Kuperintahkan
kepadamu”.
b. Hal
ini menjadi sangat penting lagi karena adanya nabi-nabi palsu dan
pengajar-pengajar palsu yang memutar balikkan ajaran Kristus (Mat 7:15-20),
bahkan mengatas namakan dirinya sebagai Kristus sendiri dan mengatasnamakan
ajaran mereka sebagai ajaran Kristus sendiri (Mat 24:24, I Yoh 2:18-19) dan
Alkitab menyatakan bahwa banyak dari antara pengajar palsu itu datangnya
berasal dari antara komunitas Kristen Orthodox sendiri.”…………..Sekarang telah
bangkit banyak antikristus….Memang mereka berasal dari antara kita : tetapi
mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita………….”(I Yoh 2:18-19), juga
;”Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah menyelusup ditengah-tengah
kamu………..Mereka adalah orang-orang kafir, yang menyalah gunakan kasih karunia
Allah……………(Yud 1:4), serta “sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil
ditengah-tengah umat Allah, demikian pulah di antara kamu aka nada guru-guru
palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang
membinasakan….”(II Pet 2:1). Jika peringatan diberikan oleh para Rasul ketika
mereka masih hidup, apalagi sekarang dengan membanjirnya ajaran-ajaran dan
dengan benyaknya “rupa-rupa angin pengajaran” (Ef 4:14), adalah lebih
diperlukan lagi kita harus kembali kepada ajaran Rasuliah ini, karena merekalah
yang telah ditetapkan oleh Kristus untuk menjadi pengajar-pengajar, bukan
guru-guru atau pengajar-pengajar yang mengangkat diri mereka sendiri itu,
biarpun seandainya mengaku dirinya Kristen Orthodox. Karena justru dari antara
kalangan Kristen Orthodox sendirilah pengajar-pengajar palsu itu muncul. Ada
orang yang mengatakan ;”Yang pentingkan Yesus
! Saya tak perlu Gereja, saya tak perlu sejarah, saya tak perlu ajaran
Rasulia ?” jawaban kita;”Memang yang penting itu Yesus, dan itu harus menjadi
pusatnya, namun Alkitab juga mengatakan adanya “Yesus yang lain”, “Injil yang
lain”, “roh yang lain”, (II Kor 11:4, Gal 1:8-9), bagaimana jika Yesus yang
kita mengerti dari para pengajar tadi ternyata Yesus yang lain ? bukankah ini
membahayakan keselamatan kita ?
c. Lagi pula kita tak akan tahu Yesus
tanpa Alkitab, dan Alkitab tak akan nada jika tak ada Rasul yang menuliskannya,
dan Alkitab terutama Perjanjian Baru tak akan terbentuk sebagai kanon jika tak
ada Gereja sebagai alat Allah untuk mengkanonkannya. Bukankah jelas bahwa kita
tetap tergantung pada Rasul juga. Sebab baik tulisan-tul;isan dalam Alkitab
maupun Gereja (yaitu Gereja Rasuliah) itu semua berasal dari karya Rasul oleh
bimbingan Roh Allah. Adalah hanya suatu kebodohan dan ketidak-terdidikan atau bahkan
kecongkakkan dan kepongahan saja mengatahkan bahwa kita tidak perlu Rasul. Yang
lebih penting Alkitab dengan tegas mengatakan yang dibawah ini mengenai ajaran
palsu dan para penganutnya.” Seorang
bidat yang sudah satu dua kali kaunasehati, hendakla engkau jauhi. Engkau tahu
bahwa orang semacam itu benar-benar sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya
sendiri” (Tit 3:10-11), juga:”tetapi
sekalipun kami (rasul-rasul sendiri, pen) atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda…terkutuklah dia” (Gal
1:8-9). Mengenai guru palsu di antara umat Kristen Orthodox itu Rasul Petrus
mengatakan: “Mereka adalah orang-orang
yang terkutuk. Oleh karena mereka telah meninggalkan mereka jalan yang benar,
maka tersesatlah mereka…” (II Pet 2:14-15). Tak kurang keras dan tegasnya
Rasul Yohanes dalam hal ini :”Jika
seorang datang kepadamu dan nia tak membawa ajaran ini (yaitu: ajara para
rasul), janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah member salam
kepadanya, ia mendapat bagian dalam perbuatannya yang jahat” (II Yoh
10:11). Ayat-ayat di atas dengan tegas memberikan peringatan mengenai beberapa hal, yaitu bahwa
bidat, yaitu pengikut ajaran non rasuliah yang sesat adalah sesat dan
kesesatannya menyebabkan dia akan terhukum. Demikian juga injil yang berbeda,
dengan demikian “Yesus yang lain” dan “Roh yang lain” yang diikuti dan
diajarkan orang menyebabkan orang yang mengajar dan yang diajar serta
mengikutinya menjadi TERKUTUK.
Guru-guru palsu yang mengajarkan kesesatan yang tak sesuai dengan ajaran Rasul
Petrus itu juga disebut TERKUTUK , menurut
surat kiriman Rasul Petrus. Orang yang
tak mengajarkan Ajaran ini yaitu ajaran seperti yang diajarkan Rasul Yohanes
yaitu ajaran Rasuliah dilarang diterima di rumah orang beriman oleh Rasul
Yohanes dan bahkan dilarang memberi salam kepada orang semacam itu. Dan Rasul
Yohanes mengatakan apa yang dilakukan oleh para pengajar sesat ini adalah “perbuatan jahat” yaitu karena hal itu
menyebabkan kebinasaan kekal. Disinilah perlunya kita merenungkan sejenak akan
sikap yang terlalu tak peduli akan kebenaran ajaran Rasuliah tersebut. Karena
kutuk, hukuman, kesesatan, kejahatanlah yang akan diterima jika kita salah
dalam menyakini ajaran Kristus itu. Jadi tidak cukup hanya mengatakan “Pokoknya Yesus”. Harus ditegaskan Yesus yang
bagaimana ? yang Rasuliah atau bukan ?!!. jadi ajaran Rasuliah itu bukan hanya
ajaran Rasul Petrus semata, namun segenap ajaran rasul secara serempak dan
bersama yaitu satu isinya dan satu kebenarannya. Dan kepada ajaran yang satu
dan yang sama dari para Rasul inilah kita harus berpegang , sebab hanya itulah
satu-satunya ajaran kristus yang menjamin kita tak terkutuk tak terhukum dan
tak dianggap berbuat kejahatan.
d. Jadi standart dan ukuran ajaran itu benar atau tidak bukanlah “Pendapatku dan tafsiranku” lawan “pendapatmu dan tafsiranmu”, bukan pula karena dikutip dari ayat-ayat Alkitab yang dipenggal-penggal dari beberapa bagian pasal dan ayat tertentu dari kitab-kitab dalam Alkitab, namun seluruh kepenuhan dan dari kebenaran ajaran Rasuliah yang tetap dipelihara oleh Gereja Purba yang sampai sekarang berlanjut dan didalam Gereja Orthodox. Oleh sebab itu Alkitab menegaskan tentang standart atau ukuran menyimpang atau tidaknya sesuatu ajaran Rasuliah itu demikian :” Tetapi aku takut , kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus …….sebab itu kamu sabar saja , jika ada orang yang dating memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberitakan keopada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau injil yang lain dari pada yang kamu terima” (II Kor 11:3-4). Juga : “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang kami beritahkan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi : jikalau ada orang memberitakan kepadamu suatu Injil yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia” (Gal 1:8-9), lagi:”…..Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan , akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus” (Rom 2:6) dan masih ada beberapa ayat lagi yang lain. Dari ayat-ayat diatas jelas bahwa menilai suatu ajaran sebagai “Yesus yang lain”, sebagai “roh yang lain” dan sebagai “Injil yang lain” atau “Injil yang berbeda atau ringkasannya sebagai ajaran yang salah, bukanlah dengan apa yang diilhamkan oleh roh secara pribadi kepada perorangan, atau tafsiran pribadi kepada perorangan biarpun kalau itu dikutip dari ayat-ayat Alkitab sekalipun, namun “lain” dan “berbeda”nya tadi harus diukur” dengan "Injil yang telah kami beritakan kepadamu”, “dengan apa yang telah kamu terima”, “daripada yang telah kami beritakan”, “dari pada yang telah kamu terima”, yaitu “Injil yang kuberitakan”. Jadfi standartnya adalah pemberitaan Rasuliah yang diterima oleh dan diberitakan kepada Gereja. artinya ajaran itu harus sesuai dengan Iman dan ajaran Gereja Purba (Gereja Orthodox) sebagaimana yang tanpa dikurangi atau ditambahai-tanpa diubah-ubah atau diselewengkan – tetap merupakan ajaran Rasuliah yang utuh.
e. Jadi kebenaran itu bukan bersifat individualistik namun bersifat mata – rantai dari Rasul dan bersifat komunal dari pihak yang menerima yaitu Gereja. Ajaran Rasuliah yang sekali dan untuk selamanya diserahkan kepada Gereja Rasuliah sepanjang segala abad itu yang harus menjadi kaca mata kita dalam mengerti tentang Alkitab , sebab dari situlah konteks dan lingkup Alkitab itu mula-mula ditulis berasal. Membaca Alkitab keluar/lepas dari konteks dan lingkupnya akan menuju kepada kesalah-fahaman dan kesesatan belaka. Karena tanpa ajaran Rasuliah maka Alkitab yang notabene Kitab Rasuliah tak akan berbicara menurut yang di kehendaki oleh para Rasul tersebut. Contohnya : Jika kacamata Islam yang digunakan membaca Alkitab, pasti Alkitab akan dibaca sebagai sasmita/isyarat atau petunjuk datangnya Muhamad sebagai nabi Islam disertai penolakan atas keilahian Kristus yang terdapat di dalamnya. Ini yang banyak digunakan oleh para polemikus Islam. Jika kacamata Protestan, Maria, Gereja dan Hirarki itu pasti akan dilewatkan begitu saja. Jika kacamata Calvinistik yang digunakan, maka ajarann tentang Predstnasi ala Calvinlah yang ditemukan dalam Alkitab. Jika kacamata Kharismatik dan aliran Pantekosta yang digunakan , maka yang ditonjolkan dari Alkitab hanyanla hal-hal mengenai karunia-karunia Roh Kudus serta dalam kacamata ini Alkitab dimengerti, sedangkan hal-hal yang lain akan diabaikan. Demikianlah seterusnya. Namun jika ajaran Rasuliah yang kita gunakan maka segenap kepenuhan yang nakan kita temukan dalam Kitab yang Rasuliah ini. Untuk itulah dalam pelajaran ini, kita akan menggunakan rumusan Iman Rasuliah dalam pengakuan Iman Nicea itu sebagai landasan berangkat dalam pembahasan kita, serta keseluruhan ajaran rasuliah yang dipelihara dalam Gereja itulah yang akan menjadi kacamatanya di dalam kita membaca Alkitab sebagai sumber utama Iman kita ini. Untuk ini marilah kita perhatikan/menyimak bunyi dari pada Pengakuan Iman Nikea itu sebagai yang tertera dibawah ini.
d. Jadi standart dan ukuran ajaran itu benar atau tidak bukanlah “Pendapatku dan tafsiranku” lawan “pendapatmu dan tafsiranmu”, bukan pula karena dikutip dari ayat-ayat Alkitab yang dipenggal-penggal dari beberapa bagian pasal dan ayat tertentu dari kitab-kitab dalam Alkitab, namun seluruh kepenuhan dan dari kebenaran ajaran Rasuliah yang tetap dipelihara oleh Gereja Purba yang sampai sekarang berlanjut dan didalam Gereja Orthodox. Oleh sebab itu Alkitab menegaskan tentang standart atau ukuran menyimpang atau tidaknya sesuatu ajaran Rasuliah itu demikian :” Tetapi aku takut , kalau pikiranmu disesatkan dari kesetiaanmu yang sejati kepada Kristus …….sebab itu kamu sabar saja , jika ada orang yang dating memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberitakan keopada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau injil yang lain dari pada yang kamu terima” (II Kor 11:3-4). Juga : “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang kami beritahkan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi : jikalau ada orang memberitakan kepadamu suatu Injil yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia” (Gal 1:8-9), lagi:”…..Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan , akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus” (Rom 2:6) dan masih ada beberapa ayat lagi yang lain. Dari ayat-ayat diatas jelas bahwa menilai suatu ajaran sebagai “Yesus yang lain”, sebagai “roh yang lain” dan sebagai “Injil yang lain” atau “Injil yang berbeda atau ringkasannya sebagai ajaran yang salah, bukanlah dengan apa yang diilhamkan oleh roh secara pribadi kepada perorangan, atau tafsiran pribadi kepada perorangan biarpun kalau itu dikutip dari ayat-ayat Alkitab sekalipun, namun “lain” dan “berbeda”nya tadi harus diukur” dengan "Injil yang telah kami beritakan kepadamu”, “dengan apa yang telah kamu terima”, “daripada yang telah kami beritakan”, “dari pada yang telah kamu terima”, yaitu “Injil yang kuberitakan”. Jadfi standartnya adalah pemberitaan Rasuliah yang diterima oleh dan diberitakan kepada Gereja. artinya ajaran itu harus sesuai dengan Iman dan ajaran Gereja Purba (Gereja Orthodox) sebagaimana yang tanpa dikurangi atau ditambahai-tanpa diubah-ubah atau diselewengkan – tetap merupakan ajaran Rasuliah yang utuh.
e. Jadi kebenaran itu bukan bersifat individualistik namun bersifat mata – rantai dari Rasul dan bersifat komunal dari pihak yang menerima yaitu Gereja. Ajaran Rasuliah yang sekali dan untuk selamanya diserahkan kepada Gereja Rasuliah sepanjang segala abad itu yang harus menjadi kaca mata kita dalam mengerti tentang Alkitab , sebab dari situlah konteks dan lingkup Alkitab itu mula-mula ditulis berasal. Membaca Alkitab keluar/lepas dari konteks dan lingkupnya akan menuju kepada kesalah-fahaman dan kesesatan belaka. Karena tanpa ajaran Rasuliah maka Alkitab yang notabene Kitab Rasuliah tak akan berbicara menurut yang di kehendaki oleh para Rasul tersebut. Contohnya : Jika kacamata Islam yang digunakan membaca Alkitab, pasti Alkitab akan dibaca sebagai sasmita/isyarat atau petunjuk datangnya Muhamad sebagai nabi Islam disertai penolakan atas keilahian Kristus yang terdapat di dalamnya. Ini yang banyak digunakan oleh para polemikus Islam. Jika kacamata Protestan, Maria, Gereja dan Hirarki itu pasti akan dilewatkan begitu saja. Jika kacamata Calvinistik yang digunakan, maka ajarann tentang Predstnasi ala Calvinlah yang ditemukan dalam Alkitab. Jika kacamata Kharismatik dan aliran Pantekosta yang digunakan , maka yang ditonjolkan dari Alkitab hanyanla hal-hal mengenai karunia-karunia Roh Kudus serta dalam kacamata ini Alkitab dimengerti, sedangkan hal-hal yang lain akan diabaikan. Demikianlah seterusnya. Namun jika ajaran Rasuliah yang kita gunakan maka segenap kepenuhan yang nakan kita temukan dalam Kitab yang Rasuliah ini. Untuk itulah dalam pelajaran ini, kita akan menggunakan rumusan Iman Rasuliah dalam pengakuan Iman Nicea itu sebagai landasan berangkat dalam pembahasan kita, serta keseluruhan ajaran rasuliah yang dipelihara dalam Gereja itulah yang akan menjadi kacamatanya di dalam kita membaca Alkitab sebagai sumber utama Iman kita ini. Untuk ini marilah kita perhatikan/menyimak bunyi dari pada Pengakuan Iman Nikea itu sebagai yang tertera dibawah ini.
Untuk lebih lanjut silakan ikut seri berikutnya dari bab ini yaitu : "Bentuk Tema Pengakuan Iman Nicea 325".