Selasa, 30 Juli 2013

Allah Yang Esa , Tritunggal Maha Kudus

Oleh : Romo Yohanes Bambang, MTS.

Pengantar : Landasan Pemahaman Berdasarkan Pengakuan Iman Nicea

Mengenai keberadaan Allah Yang Esa itu Pengakuan Iman Nicea selanjutnya mengatakan bahwa Allah yang hanya satu dan diberi gelar “Sang Bapa Yang Mahakuasa” ini memiliki keradaan yang sangat unik, karena di dalam kesatuan diriNya itu memilki “Anak Tunggal” yang bukan berasal dari luar kodrat Allah “Yang diperanakan dari Sang Bapa” bukan dengan suatu permulaan waktu tetapi “sebelum segala zaman” yaitu dari dalam kekekalan. Berarti dalam kekekalan itulah Allah ini dalam kodratnya sendiri “memperanakkan Anak Tunggalsebagai pancaran atau pantulan diriNya sendiri yang adalah terang (Nur) itu. Sehingga Anak Tunggal Allah yang berada kekal dalam kodrat Allah ini disebut “Terang Yang Keluar Dari Terang”.
Sebagai pancaran dari Nur yang adalah Allah, maka jelas yang terpancar atau terpantul berwujud Nur pula.  Karena ada satu Allah yang bersifat Nur, maka Allah nyang Satu ini pastilah Allah yang sejati. Pancaran Diri Allah yang sejati yang berasal dari Kodrat DiriNya yang berwujud “Nur yang keluar dari Nur (allah)” ini, jelaslah memiliki sifat yang sama dengan Allah yaitu “Allah Sejati yang keluar dari Allah sejati”. Dengan demikian pancaran Nur Ilahi yang berkodrat Allah sejati itu bukan makhluk, yaitu Dia “bukan diciptakan” namun “diperanakkan” yaitu dikeluarkan secara kodrati dari kodrat Ilahi sendiri di dalam kekekalan, sehingga kodratNya sama dengan asal-usulNya : Allah yang Esa. Berarti Nur yang keluar dari Nur ini berada dalam “Satu dzat-hakekat dengan Sang Bapa” karena Allah itu memang hanya satu yang “Dzat – hakekatNya” satu pula.
Mengikuti rincian makna Pengakuan Iman ini kita melihat sekarang bahwa yang disebut “Anak Allah” ini bukan makna kata jasmaniah. Sebab meskipun ada kata-kata “diperanakkan” dan “Anak Tunggal”, tetapi kita tak menjumpai kata “Ibu” atau yang “Wanita pengandung Anak Allah”. Tak pula kita jumpai kata kapan saat Anak Allah itu dilahirkan. Dia diperanakan di luar waktu, “sebelum segala zaman”, berarti dia diperanakkan terus-menerus di dalam dzat-hakekat Allah yang satu itu. Karena arti “memperanakkan” di sini adalah mengeluarkan, atau juga memantulkan, berarti Allah selalu memantulkan Cahaya DiriNya dalam DiriNya sejak kekal, dan itulah makana diperanakkan itu.
Siapakah yang disebut Anak Allah yang berasal dalam diri Allah Yang Esa ini ? Dijelaskan oleh Pengakuan Iman itu “Yang MelaluiNya segala sesuatu diciptakan”. Dan kita tahu menurut Alkitab bahwa Allah menciptakan segalah sesuatu melalui “FirmanNya” atau “SabdaNya”. Jika demikian jelas yang dimaksud Anak Tunggal di sini bukan makhluk atau ciptaan yang diadakan oleh Allah, namun Ia adalah Firman Allah yang kekal, yang melaluiNya Allah mengadakan sekalian makhluk atau segenap ciptaan.
Itulah sebabnya Ia satu dzat-hakekat dengan Allah, dan memiliki sifat Ilahi, dan keluarNya dari Allah sendiri, karena Ia berada satu di dalam Allah Yang Esa itu sendiri. Karena Allah yang Esa itu disapa dengan gelar kias sebagai “Bapa”, maka “Firman Allah” yang berasal dari kandungan dzat Allah dan yang keluar dari Allah yang Esa itu disebut dengan gelar kias “Anak”. Karena Allah itu Esa, maka FirmanNya juga hanya ada satu saja. Padahal Firman Allah ini diberi gelar kias sebagai “Anak”, maka jelas Firman yang hanya satu itu, disebut dengan gelar kias “Anak Tunggal Allah”, karena Allah memang tak beranak maupun diperanakkan dalam pengertian jasmani yang kita kenal.
Firman Allah yang kekal itu disebut “Anak Yang Tunggal” (“Firman itu…sebagai Anak Tunggal Bapa…”),(Yohanes 1:14), serta “Anak Tunggal Allah/Bapa” yaitu Firman Yang Kekal itu dinyatakan sebagai yang “ada di pangkuan Sang Bapa” (Yoh 1:18), dan “Pangkuan Bapa” adalah “Dzat-Hakekat Bapa/Allah”. Dengan demikian Firman Allah yang dikiaskan sebagai “Anak Tunggal Allah” itu memang berada dalam “Dzat Hakekat Allah” yang Esa itu.

Sedangkan mengenai Roh Allah yang kekal dikatakan :
…Roh…menyelidiki…hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah …yang tahu, apa yang terdapat dalam diri manusia, …roh manusia itu sendiri yang ada didalam dia…yang tahu, apa yang terdapat diri Allah…Roh Allah” (I Kor 2:10-11).
Roh Allah berada dalam diri Allah, sebagaimana roh manusia ada dalam diri manusia. Firman Allah ada di”pangkuan Bapa” yaitu dalam hakekat Bapa yang satu. Dengan demikian dalam dzat-hakekat Allah yang Esa itu berdiamlah FirmanNya yang kekal dan RohNya yang kekal. Sehingga hanya Allah Yang Esa (Bapa) itu sendiri, beserta Firman serta RohNya uang ada di dalam Diri dan Dzat-HakekatNya Yang Esa itu saja yang mengerti dzat-hakekat dai pada Allah tersebut.

Allah yang Esa ini juga memiliki Roh Kudus, yaitu Roh yang “Keluar dari Sang Bapa”, yang berarti Roh ini asalnya juga dari Sang Bapa (Allah Yang Esa) itu dan berdiam di dalam Diri Allah Yang Esa itu. Dengan demikian Allah yang Esa itu merupakan pokok dan sumber yang dariNya Anak Tunggal Allah (“Firman Allah yang hanya satu-satuNya”) diperanakkan sejak kekal (“Diperanakkan dari Sang Bapa”) dan dariNya pula Roh Kudus itu dikeluarkan dari kekal (“Keluar dari Sang Bapa”).
Melalui Anak Tunggal (“FirmanNya yang hanya Satu”) ini Allah menciptakan (Allah…Pencipta…) segalah sesuatu (“yang melaluiNya segala sesuatu diciptakan”). Padahal dalam Kitab Suci yang menjadi sarana penciptaan dalam diri Allah adalah “Firman Allah” berarti yang dimaksud dengan Anak Allah itu, sebagaimana yang telah kita katakana di atas, tak lain adalah “Firman Allah” sendiri. Itulah sebabnya Ia satu dalam dzat-hakekat Allah. Tetapi dalam memberikan hidup dan kehidupan kepada segala sesuatu yang telah diciptakan melalui “Firman”Nya yaitu “Anak Tunggal”Nya itu Allah menggunakan RohNya yang disebut Roh Kudus (“Roh Kudus…Sang Pemberi Hidup…”). Demikianlah maka Roh Kudus sebagaimana Anak Allah yang melaluiNya Allah menciptakan segala sesuatu itu, menjadi “Tuhan” (Penguasa) bagi segenap makhluk. Maka jelaslah Allah itu memang satu, sehingga Roh Kudus itu “bersama Sang Bapa” artinya dari dalam hakekat Allahlah Roh Allah berasal, “dan Sang Putra” karena Anak Allah yang adalah “Firman Allah” beradanya dalam Dzat hakekat Allah yang Esa bersama dengan Roh Allah sendiri, “disembah dan dimuliakan”. Demikianlah penyembahan umat Kristen Orthodox kepada Allah Yang Esa itu penyembahan yang bersifat hidup dan intim, karena dia menyembah Allah melalui Firman Allah yang menghantar manusia kepada Allah, dan melalui Roh Allah yang memberikan terang dan hidup untuk menyatu dengan Allah yang Esa itu. Dan fakta keberadaan Allah yang Esa yang demikian inilah yang dalam Theologia Orthodox disebut sebagai “Tritunggal Mahakudus”.
Dengan demikian dalam Iman Kristen Orthodox Roh Kudus bukanlah nama Malaikat Jibril namun Roh Allah sendiri. Malaikat Jibril adalah ciptaan dari Roh Kudus ini juga, sebab malaikat Jibril itu diberi hidup oleh Allah melalui RohNya ini juga sebagaimana makhluk-makhluk lainnya. Karena Allah itu Esa, yaitu Bapa tadi, maka haruslah memang FirmanNya (Anak) itu berasal dari dan berdiam di dalam Allah yang Esa yaitu Bapa ini, demikian pulah RohNya pun harus keluar dari dan berdiam dalam Bapa yang Esa ini, dengan demikian Keesaan Allah terjaga. Karena Allah itu memang  Satu, Esa, tiada tandingan atau sekutu bagiNya. Jadi Tritunggal Maha Kudus adalah Allah yang Esa (Sang Bapa) yang memiliki dalam dzat-hakekatnya yang Esa Firman yang kekal (Anak) dan Roh yang kekal (Roh Kudus) yang berada dan melekat satu di dalam DiriNya yang Esa itu.
Jadi istilah “Tritunggal Maha Kudus” itu bukan berbicara mengenai jumlah Allah, namun mengenai keberadaan di dalam diri Allah yang Esa tadi tiada terbilang dan satu tiada bandingan itu. Iman Kristen Orthodox tidak percaya adanya Allah yang lebih dari satu karena Allah itu Esa menurut Alkitab. Jadi Tritunggal bukan “Tiga” IlaH seperti yang dikatakan dalam An-Nissa 171 :”Hai ahlil Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu…..dan janganlah kamu katakana : Tuhan itu tiga….”. Tritunggal bukanlah “Tiga Tuhan yang terpisah-pisah” atau “Tiga Tuhan yang digabungkan” atau “Tiga Tuhan yang dipersatukan”, namun itu adalah sebutan bagi Allah Yang Esa itu sendiri yang dalam dzatNya memiliki Kalimat dan Ruh yang kekal tanpa awal maupun akhir. Bukan pula Allah dalam pemahaman Tritunggal itu sebagai “yang ketiga daripada yang tiga” seperti yang dikatakan dalam Al-Maidah 72 karena Allah itu hanya satu-satuNya dan yang pertama dalam DiriNya yang Esa yang memiliki Kalimat dan Ruh kekal itu. Serta lebih bukan lagi jika Allah itu adalah “Isa dan Ibunya”  sebagai tuhan-tuhan /ilah-ilah “di samping Allah” seperti yang dikatakan dalam Al-Maidah 116, sebab Tritunggal itu bukan terdiri dari unsur-unsur, namun Dzat Azali dari Allah sendiri yang memiliki Kalimat dan Roh yang kekal itu. Maryam tak perna disebut sebagai isterinya Allah, sebagai tandingan atau pasangan dari Allah Bapa. Jika sampai ada pemikiran yang demikian jelaslah itu pemikiran yang amat sesat, dusta dan terkutuk. Maryam adalah “hamba Allah” (Lukas 1:38), sama seperti “Isa”pun adalah “Hamba Allah” dalam penjelmaan sebagai manusia (Filipi 2:5-7).