Penjabaran mengenai isi Pengakuan Iman Nicea 325
Ke-Esa-an Allah ( Tauhid)
Pengakuan Iman ini dilandasi dan
dimulai dengan Pengakuan yang amat penting yaitu percaya “Kepada …Allah”, yang
berarti Iman Kristen Orthodox memulai segala sesuatunya dengan Allah. Dialah yang menjadi asal mula
dari segala sesuatu. Allah yang bagimana yang dipercaya oleh Iman Kristen
Orthodox ini ? Yang dipercaya tak lain adalah “ SATU ALLAH”. Itulah landasan
Iman Kristen Orthodox yang lurus dan benar. Allah itu hanya satu saja dan
bukabn dua atau lebih. Dan Allah yang Satu ini adalah Allah yang hidup, dan
menyapa manusia sebagai anak-anakNya secara rohani, sehingga Dia disebut Bapa,
meskipun Allah itu tak berjenis banci. Dengan demikian Iman Kristen Orthodox
tidak mempercayai suatu ide tentang Yang Ilahi yang bersifat abstrak dan jauh
dari manusia, namun Allah yang hidup yang berkenan untuk berhubungan dalam
kasih dengan manusia sebagai Bapa. Menurut Iman Kristen Orthodox pangkal awal
dari keyakinan yang benar tentang Allah harus dimulai dengan dasar tentang
Ke-Esa-An Allah. Junjungan Agung kita Yesus Kristus mengajarkan;”…Hukum yang terutama
ialah:’…Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa” (Markus 12:29). Jadi pengakuan akan
Tahuid menurut Sang Kristus adalah merupakan hukum yang terutama, yaitu awal
dari segala-galanya. Dan itulah pondasi segala dogma dan aqidah Iman Kristen
Orthodox lainnya. Itulah sebabnya Syahadat atau Pengakuan Iman Gereja dimulai
dengan kata-kata:”Aku percaya pada SATU ALLAH”.
Dengan demikian Iman akan Tauhid atau Ke-Esa-an Allah adalah suatu keharusan yang tak dapat ditawar lagi dalam Iman Kristen Orthodox di dalam menghayati kebenaran tentang keberadaan Ilahi. Ini adalah kebenaran mutlak yang harus diyakini sepenuhnya. Keharusan akan Ke-Esa-an Allah ini memiliki dua landasan, yaitu landasan Kitabi sebagaimana yang dijelaskan dalam Alkitab sebagaimana yang akan kita bahas dibawah ini. Juga landasan pertibangan akal. Kitab Suci dan Pengakuan Iman Gereja menegaskan bahwa Allah itu memang satu, dan pertimbangan akal menyuguhkan bahwa ia memang harus satu. Pertimbangan akal yang mengharuskan ke-Esa-an Allah itu adalah demikian : Alam semesta yang ada ini bergerak sesuai dengan hukum alam yang ada. Satu sama lainnya tak ada yang saling berbenturan. Ini berarti bahwa memang ada suatu “Akal Budi Agung” yang mengatur jalan dan gerak yang ada dalam alam semesta. Adanya gerak yang harmonis itu menunjukkan adanya hanya “Satu Kehendak” dan demikian adanya hanya satu “Akal-Budi-Agung” yang demikian yang mengatur segala yang ada dalam ala mini . sebab jika ada lebih satu kehendak tak mungkin ada harmoni dalam ala mini. Masing-2 kehendak itu pasti mempunyai caranya sendiri-2 dalam, mengatur alam ini. Adanya banyak kehendak pasti banyak akal budi, dan adanyak banyak akal-budi pasti adanya banyak ilah. Namun faktanya kehendak yang banyak sedemikian itu tak kita jumpai dalam fenomena keharmonisan alam ini. Dengan demikian itu mengharuskan hanya ada Satu Kehendak, Satu Akal-Budi-Agung berarti Satu Allah. Meskipun Agama yang menyembah banyak Dewapun pada analisa terakhir harus mengakui bahwa yang sebenarnya hanya ada satu Allah saja. Karena banyaknya Dewa tak akan memuaskan manusia akan rasa manunggal pada Yang Esa, dan yang Mutlak. Sebab jika ada banyak Dewa berarti tak ada yang mutlak. Itulah sebabnya pengalaman batin manusia menghendaki adanya yang mutlak dan absolute, yang hal ini menuntut adanya Allah yang hanya satu. Sifat-sifat Allah dalam bahasa keagamaan yang lazim di Indonesia selalu menggunakan istilah “Maha” yang artinya”Paling” dan “tak ada duanya”. Maka jika seorang Pencipta itu serfba “Maha”: Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Agung, Maha Kasih dan lain-lain, haruslah Dia itu Esa tidak ada duanya. Sebab apa yangada tandingannya itu sudah bukan serba “Maha” lagi, namun sudah menjadi relative dan nisbi. Dewa yang ini “lebih kuasa” dari Dewa yang itu. Ilah yang ini “Kurang kasih” disbanding dengan Ilah yang itu, dan sebagainya. Pula keteraturan dunia ini mengharuskan Adanya Allah yang hanya satu saja. Sebab jika ada Allah lebih dari satu , dunia ini akan hancur berantakan, sebab Ilah yang satu akan menghendaki dunia diatur menurut caranya, sedangkan ilah yang lain menghendaki cara yang lain, sehingga hancurlah tatanan ala mini. Maka haruslah Allah itu hanya satu, tak boleh lebih. Allah adalah Maha Tak Terbatas, jika ada lebih dari satu Allah maka ilah yang satu akan dibatasi keberadaannya oleh ilah yang lain itu, dan itu mustahil bagi sifatnya yang Maha Tak Terbatas itu. Demikianlah maka segala alasan mengharuskan kita menegaskan dan meyakini bahwa yang sebenar-benarnya itu hanya ada satu Allah saja yang tak ada sekutu bagiNya, sebagaimana yang diterangkan oleh atyat-ayat dibawah ini :
Dengan demikian Iman akan Tauhid atau Ke-Esa-an Allah adalah suatu keharusan yang tak dapat ditawar lagi dalam Iman Kristen Orthodox di dalam menghayati kebenaran tentang keberadaan Ilahi. Ini adalah kebenaran mutlak yang harus diyakini sepenuhnya. Keharusan akan Ke-Esa-an Allah ini memiliki dua landasan, yaitu landasan Kitabi sebagaimana yang dijelaskan dalam Alkitab sebagaimana yang akan kita bahas dibawah ini. Juga landasan pertibangan akal. Kitab Suci dan Pengakuan Iman Gereja menegaskan bahwa Allah itu memang satu, dan pertimbangan akal menyuguhkan bahwa ia memang harus satu. Pertimbangan akal yang mengharuskan ke-Esa-an Allah itu adalah demikian : Alam semesta yang ada ini bergerak sesuai dengan hukum alam yang ada. Satu sama lainnya tak ada yang saling berbenturan. Ini berarti bahwa memang ada suatu “Akal Budi Agung” yang mengatur jalan dan gerak yang ada dalam alam semesta. Adanya gerak yang harmonis itu menunjukkan adanya hanya “Satu Kehendak” dan demikian adanya hanya satu “Akal-Budi-Agung” yang demikian yang mengatur segala yang ada dalam ala mini . sebab jika ada lebih satu kehendak tak mungkin ada harmoni dalam ala mini. Masing-2 kehendak itu pasti mempunyai caranya sendiri-2 dalam, mengatur alam ini. Adanya banyak kehendak pasti banyak akal budi, dan adanyak banyak akal-budi pasti adanya banyak ilah. Namun faktanya kehendak yang banyak sedemikian itu tak kita jumpai dalam fenomena keharmonisan alam ini. Dengan demikian itu mengharuskan hanya ada Satu Kehendak, Satu Akal-Budi-Agung berarti Satu Allah. Meskipun Agama yang menyembah banyak Dewapun pada analisa terakhir harus mengakui bahwa yang sebenarnya hanya ada satu Allah saja. Karena banyaknya Dewa tak akan memuaskan manusia akan rasa manunggal pada Yang Esa, dan yang Mutlak. Sebab jika ada banyak Dewa berarti tak ada yang mutlak. Itulah sebabnya pengalaman batin manusia menghendaki adanya yang mutlak dan absolute, yang hal ini menuntut adanya Allah yang hanya satu. Sifat-sifat Allah dalam bahasa keagamaan yang lazim di Indonesia selalu menggunakan istilah “Maha” yang artinya”Paling” dan “tak ada duanya”. Maka jika seorang Pencipta itu serfba “Maha”: Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Agung, Maha Kasih dan lain-lain, haruslah Dia itu Esa tidak ada duanya. Sebab apa yangada tandingannya itu sudah bukan serba “Maha” lagi, namun sudah menjadi relative dan nisbi. Dewa yang ini “lebih kuasa” dari Dewa yang itu. Ilah yang ini “Kurang kasih” disbanding dengan Ilah yang itu, dan sebagainya. Pula keteraturan dunia ini mengharuskan Adanya Allah yang hanya satu saja. Sebab jika ada Allah lebih dari satu , dunia ini akan hancur berantakan, sebab Ilah yang satu akan menghendaki dunia diatur menurut caranya, sedangkan ilah yang lain menghendaki cara yang lain, sehingga hancurlah tatanan ala mini. Maka haruslah Allah itu hanya satu, tak boleh lebih. Allah adalah Maha Tak Terbatas, jika ada lebih dari satu Allah maka ilah yang satu akan dibatasi keberadaannya oleh ilah yang lain itu, dan itu mustahil bagi sifatnya yang Maha Tak Terbatas itu. Demikianlah maka segala alasan mengharuskan kita menegaskan dan meyakini bahwa yang sebenar-benarnya itu hanya ada satu Allah saja yang tak ada sekutu bagiNya, sebagaimana yang diterangkan oleh atyat-ayat dibawah ini :
A. Bukti-bukti Tauhid.
Bersama dengan agama sebelumnya : Yahudi, dan agama sesudahnya : Islam, Iman Kristen Orthodox adalah keyakinan yang berlandaskan Tauhid (Keesaan Allah). Berdasarkan kebenaran yang paling mendasar dari pengakuan Iman Kristiani tentang Tauhid inilah segenap ajaran Kristen Orthodox berpangkal. Mengenai keyakinan akan Tauhid ini Alkitab tanpa ragu-ragu lagi menyuarakan suara serentak dengan lantang . sebagaimana dikatakan dalam ayat-ayat berikut ini :
Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatannmu. Dan hukum yang kedua ialah : kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. ”Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu, bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. (Mark 12:29-32).
Pernyataan Yesus yang tegas tentang ke-Esa-an Allah ini , diambil dari Syahadat Yahudi yang disebut “shema”, untuk menunjukkan bahwa Yesus dating bukan untuk menggantikan atau menyingkirkan pengajaran Taurat (Torah) dan para Nabi sebelumnya, namun untuk meneguhkan dan menegaskannya. Dengan demikian pengakuan akan Tauhid ini adlah merupahkan ajaran pokok atau “Hukum yang terutama” menurut Yesus Kristus, baik dalam Taurat dan kitab para Nabi ataupun dalam ajaran Isa Almasih ( Yesus Kristus ) sendiri.
“Dengarlah, hai orang Israel TUHAN Allah kita, TUHAN itu ESA” (Ul 6:4).
“Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain ; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau , sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya Orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain diluar Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain.” (Yes 45:5-6).
"Maka berkatalah Yesus kepadanya : “Enyalah, Iblis! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat 4:10)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka menganal Engkau, satu-satuNya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:13)
“Artinya, kalau ada Satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena Iman , maupun orang-orang tak bersunat juga karena Iman.” (Rom 3:10)
“………………….kita tahu: tidak ada berhala dalam dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang Esa.” (I Kor 8:4).
“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup,…” ( I Kor 8:6)
“Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu” (Gal 3:20).
“Satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang diatas semua dan oleh semua dan didalam semua” (Ef 4:6).
“Karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allamh dan manusia, yaitu manusia Yesus Kristus,” ( I Tim 2:5 ).
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja ? itu baik ! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” ( Yak 2:19 ).
“Allah yang Esa, juru selamt kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin. “ ( Yud 25 ).
“Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain ; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau , sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya Orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain diluar Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain.” (Yes 45:5-6).
"Maka berkatalah Yesus kepadanya : “Enyalah, Iblis! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat 4:10)
“Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka menganal Engkau, satu-satuNya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.” (Yoh 17:13)
“Artinya, kalau ada Satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena Iman , maupun orang-orang tak bersunat juga karena Iman.” (Rom 3:10)
“………………….kita tahu: tidak ada berhala dalam dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang Esa.” (I Kor 8:4).
“Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari padaNya berasal segala sesuatu dan untuk Dia kita hidup,…” ( I Kor 8:6)
“Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu” (Gal 3:20).
“Satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang diatas semua dan oleh semua dan didalam semua” (Ef 4:6).
“Karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allamh dan manusia, yaitu manusia Yesus Kristus,” ( I Tim 2:5 ).
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja ? itu baik ! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” ( Yak 2:19 ).
“Allah yang Esa, juru selamt kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin. “ ( Yud 25 ).
Ayat-ayat Alkitab baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang kita kutip diatas menjelaskan secara lugas tanpa keraguan bahwa Iman Kristen Orthodox itu adalah iman yang bersendikan Tauhid (Keesaan Allah) sebagai landasan Imannya. Adalah suatu kekeliruan yang besasr jika orang yang menganggap bahwa Tauhid itu di dalam Agama Kristen Orthodox telah berubah menjadi musyrik (menyekutukan Allah atau berilah lebih dari satu). Pengakuan akan keesaan Allah adalah landasan yang pokok dan haruslah merupakan hakekat yang terdalam dari setiap agama dan pengakuan manusia akan Sang Pencipta.
B. Tuntutan Tauhid.
Pengakuan akan keesaan Allah meskipun merupakan landasan fundamental bagi agama dan iman yang benar, belumlah cukup pada dirinya sendiri, sebelum kita mengerti secara benar tuntutan apa yang diminta dari pengakuan semacam ini. Sebab iblispun mengakui akan Tauhid, namun dia tak bersikap me-Tauhid-kan Allah, sehingga Tauhidnya Iblis itu tak membawah dia kedalam pengampunan Ilahi, sebgaimana yang dikatakan :
“Engkau percaya , bahwa hanya ada satu Allah saja ? itu baik ! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” (Yak 2:9). Yang hendak ditegaskan oleh ayat ini adalah bahwa, memang pengakuan akan Tuhid itu baik pada dirinya sendiri , namun setan-setanpun percaya akan kebenaran fundamental ini dan mereka takut, tetapi kepercayaan mereka akan tauhid ini tidak membawah setan-setan itu kepada pengampunan ilahi dan keselamatan kekal. Berarti ada pengakuan yang salah dan tidak tepat akan Tauhid ini. Jadi ada tuntutan kongkrit agar Tauhid itu bersifat murni dan tak terkotori oleh yang musyrik (menyekutukan Allah, Polytheisme). Mengakui, percaya bahwa Allah itu Esa belumlah cukup sebelum kita berniat untuk meng-Esa-kan atau me-Tuhid-kan Allah dalam sikap hidup kita. Bagaimana tuntutan me-Tauhid-kan atau meng-Esa-kan Allah harus kita mengerti , dijelaskan oleh Alkitab secara sangat tuntas dan gamblang.
B.1. Tauhid Keilahian ( Tauhid Ilahiyah ).
Tauhid Keilahian ini adalah pengakuan tentang keesaan Allah yang menyangkut Dzat dan Hakekat Allah . sifat-sifat Allah, Nama Allah dan Keberadaan Allah. Ini menyangkut cara fikir dan cara pandang kita tentang Allah. Alkitab menegaskan dalam Injil Markus demikian :
Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatannmu. Dan hukum yang kedua ialah : kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. ”Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu, bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. (Mark 12:29-32).
Karena Allah itu Esa maka kasih kita kepada Allah itu haruslah utuh dan bulat serta satu (“Segenap”). Dalam kaitannya dengan cara piker dan cara pandang kita tentang keesaan Ilahi ini maka “Segenap akal-budi” kita, bukan hanya sebagian saja dari akal-budi itu, haruslah semata-mata diarahkan kepada Allah yang satu itu. Berarti akal-budi itu harus mengerti makna dari pada dan bertumpu pada tauhid, sehingga tak ada tempat bagi yang bukan Allah dan bagi kemusyrikan. Agar akal-budi bertumpuh pada tauhid maka akal budi harus menganalisa bagaimana kemurnian tauhid itu harus dimengerti. Dan Alkitab memberikan kita ajaran yang jelas mengenai Tauhid Keilahian ini : “Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain ; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau , sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya Orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya, bahwa tidak ada yang lain diluar Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain.” (Yes 45:5-6).
“Bukankah Aku , Tuhan ?, tidak ada yang lain, tidak Allah selain dari padaKu. Allah yang adil dan Juruselamat tidak yang lain kecuali Aku!” (Yes 45:21).
Ayat-ayat ini dengan tegas mengajarkan kepada kita bahwa Allah itu Tunggal tanpa ada sekutu dalam keberadaanNya. Dialah satu-satuNya Allah yang tiada tandingan bagiNya. Dzat Hakekatnya tak tertandingi , serta hanya Dia yang memiliki Dzat Hakekat keilahian yang semacam itu. Tiada sekutu dalam Dzat Hakekat maupun WujudNya. Dialah satu-satuNya yang memiliki keberadaan Dzat Hakekat semacam mitu. Karena Allah itu satu maka satu pula Dzat Hakekat Allah itu. Tidak ada yang disebut Ilah atau Allah sekalipun selain Dia yang satu dan Esa itu. Karena dia itu Esa dalam keberadaanNya maka Esa pula dalam segala sifat-sifatNya sehingga tak ada satupun yang dapat dibandingkan denganNya. “Kepada siapakah kamu hendak menyamakan Aku, hendak membandingkan dan mengumpamakan Aku, sehingga kami sama ?” (Yes 46:5)
Allah tak ada persamaan dalam sifat-sifatNya. Alla itu unik dan terpisah dari makhlukNya. Jika dia mempunyai sifat sama dengan lainnya berarti Dia bukan Unik dan bukan Esa lagi. Itulah sebabnya bagi Allah semua ilah yang disembah manusia itu tak mempunyai sifat ilahi sedikitpun namun malah hanya sekedar gambaran saja yang rusak tentang keilahian yang dibuat makhulk sendiri. Dibandingkan dengan semuanya itu Allah itu tidak dapat diserupakan oleh apapun dalam segalah sifat-sifatNya.
“Supaya orang tahu dari terbitnya matahari sampai terbenamnya , bahwa tidak ada yang lain diluar Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada lagi yang lain, yang menjadikan terang dan yang menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan menciptakan nasib malang: Akulah Tuhan yang membuat semuanya ini. Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya ! Baiklah bumi membuka diri dan bertunaskan keselamatan, dan baiklah ditumbuhkannya keadilan ! Akulah Tuhan yang menciptakan semuanya ini.” (Yes 45:6-8). Itulah sebabnya semua Nama Allah yang menunjukkan karya dan sifat-sifatNya selalu diberi tambahan kata “Maha” atau “All” dan “Most” atau “Omni” dalam ekspresi Liturgi dan Teologi Gereja yang berbahasa Inggris misalnya: Maha Kuasa (Almighty), Maha Melihat (Omniscience, Allseeing), Maha Besar (Most Great), Maha Hadir (Omnipresence), Maha Suci (All-Holy, Most Holy) dan sebagainya. Ini menunjukkan bahwa hanya Allah saja dan tidak ada yang lain yang memiliki sifat yang menunjukkan karyaNya sebagai Nama yang dimilikiNya sendiri, serta tak ada yang lain yang berhat diberi gelar semacam itu. Nama-nama dan sifat-sifat yang paling unggul dan paling indah ini hanya dimiliki oleh Allah saja, karena hanya Dia yang memiliki Kuasa dan Kemampuan serta sifat-sifat yang disebut yang disebut dalam Nama-nama tadi. Member sifat yang bukan Allah dengan sifat-sifat Allah adalah suatu hujatan terhadap kesucian dan keesaan Allah ini. Dan pensifatan semacam itu dusta sebab apa yang bukan Allah tak mungkin memiliki sifat dan kuasa yang dimiliki oleh Allah, yang sifat dan kuasa tadi dinyatakan dalam gelar Nama Allah tadi. Itulah sebabnya Nama Allah itu haruslah hanya milik Allah sendiri. Namun itu haruslah Esa sebagai hak dari Allah yang Esa tadi, itulah nama yang unik bagi Allah. Makhulk tak berhak ikut mengambil bagian dalam Nama Allah yang Esa ini secara hakiki
B.2 Tauhid Kepenguasaan ( Tauhid Rububiyah ).
Iman akan Tauhid Keilahian itu belum cukup jika tidak pula disertai dengan Iman akan Ke-Esa-an karya dan Penguasaan Allah serta pengaturan dan pemilikanNya atas ala mini. Mengenai keesaan karya Allah dalam menciptakan dunia ini dikatakan demikian.: “Beginilah firman Tuhan, penebusmu, yang membentuk engkau sejak kandungan; “Akulah Tuhan, yang menjadikan segala sesuatu, yang seorang diri membentangkan langit, yang menghamparkan bumi, siapakah yang mendampingi Aku ?” (Yes 44:24)
Karena “Seorang diri” Allah menciptakan alam semesta ini, maka mensifatkan penolong atau pembantu bagi Allah, yang mendampingiNya dalam proses penciptaan ini adalah merupakan pelanggaran dan hujatan atas Tauhid akan Penguasaan Allah ini. Didalam sekte aliran Saksi Yehuwah dipercayai bahwa Allah menciptakan seorang makhul awal yang disebut “Firman” atau “Anak Allah” yaitu “Malaikat Mikael” sebagai makhuk roh pertama yang dijadikannya sebelum adanya alam semesta ini dan melalui bantuan makhuk pertama yang berwujud roh “Malaikat Mikael” inilah Allah menjadikan alam semesta ini. Ajaran ini secara terang-terangan bertentangan dengan konsep Tauhid Kepenguasaan atau Tauhid Rubbubiyah ini. Sebab Allah menciptakan tanpa ada seorangpun yang mendampinginya, seorang diri saja Dia menciptakan, serta tak ada makhuk yang dapat menciptakan makhuk lain apalagi mendampingi Allah demi membantu karyaNya. Ini jelas ajaran yang mempersekutukan Allah dengan makhukNya, yang ditentang oleh Alkitab. Allah tidak membutuhkan bantuan siapapun dalam menjadikan alam semesta ini. Dia ada sendiriNya dan Dia Unik dalam kuasaNya. Tak seorang makhukpun yang memiliki sifat sebagai Pencipta Allah sendirilah Pencipta itu. Karena Allah itu seorang diri saja dalam menciptakan maka Dia saja pemilik segala sesuatu yang sebenarnya dalam alam semesta ini. “Tuhanlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam didalamnya.” (Maz 24:1)
Sebagai pemilik atau yang empunya alam semesta satu-satunya, Dialah pemelihara satu-satuya atas alam semesta dan semuanya yang hidup didalamnya : “Engkau yang melepas mata-mata air kedalam lembah-lembah, mengalir diantara gunung-gunung member minum segala binatang di padang, memuaskan haus keledai-keladai hutan, didekatnya diam burung-burung di udara, bersiul diantara daun-daunan, Engkau yang member minum gunung-gunung dari kamar-kamar lotengmu, bumi kenyang dari buah pekerjaanMu Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah yang…dan makanan yang menyegarkan hati manusia…Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang tahu akan saat terbenamnya…singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut makanannya dari Allah…lihatlah laut itu…disitu tidak terbilang banyaknya binatang-binatang kecil dan besar… Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan pada waktunya.” (Maz 104:10-27).
Pemeliharaan dan kepenguasaan Allah itu demikian luasnya mencakup segala sesuatu yang ada di dalam ala mini. Baik bagi alam semesta itu sendiri, bagi berjalanya planet di antariksa: bulan, matahari, maupun bagi tumbuhannya tanam-tanaman dan kehidupan hewan dan manusia, baik yang berada di darat, laut maupun udara.
Tidak ada ilah-ilah yang terpisah yang menguasai dan memelihara itu semuanya, namun semuanay dibawah penguasaan Allah yang hanya satu itu. Allah pemilik semuanya itu, dan tak ada yang lain. Kita tak mengenal ilah atau Dewa yang menguasai air, Dewa penguasa laut, dewa penguassa matahari, atau bulan, dewa pemberi rejeki. Tidak!!!. Semuanya itu tidak ada. Hanya ada Allah yang Esa yang menguasai semuanya itu. Dan hanya kepadaNya saja semua makhuk berhajat dan berharap:
“SEMUANYA MENANTIKAN ENGKAU” ( MAZ 104:27 ). Menyadari bahwa segenap hidup dan segala prosesnya itu berada dan tunduk dibawah kepenguasaan Allah yang satu itu, maka sudah seharusnya manusia harus mengarahkan bakti syukur dan ibadahnya kepada Allah semata, untuk itulah kita membahas bentuk Tauhid yang selanjutnya.
B.3 Tauhid Ibadah (Tauhid Ubudiyah).
Tauhid Ibadah ini juga yang disebut sebagai “Tauhid Ubudiyah”. Makna dari Tauhid Ubudiyah ini adalah bahwa hanya Allah yang Esa itu saja yang patut diibadahi manusia, serta tak ada yang lain yang patut disembah oleh manusia kecuali Allah yang Esa itu. Almasih mengatakan : Maka berkatalah Yesus kepadanya : “Enyalah, Iblis! Sebab ada tertulis : Engkau harus menyembah Tuhan Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti” (Mat 4:10)
“Hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti !!” demikian penegasan Almasih yang tak dapat diragukan lagi. Dan ajaran Almasih ini adalah merupakan penegasan dari apa yang diajarkan oleh Nabi Musa di dalam Taurat. “Engkau harus takut akan Tuhan, Allahmu; kepada Dialah engkau haruslah beribadah dan demi namaNya haruslah engkau bersumpah. Janganlah kamu mengikuti allah lain. Dari antara allah bangsa-bangsasekelilingmu.” (Ul 6:13-14)
“Kepada Dia haruslah engkau beribadah” dan “janganlah engkau mengikuti ilah lain” adalah suatu pernyataan tegas mengenai Tauhid atau keesaan dalam penyembahan atau ibadah kepada Allah ini. Bukan kita harus beribadah kepada Allah semata (Tauhid Ubudiyah) namun juga kita harus menolak secara aktif eksistensi dari penyembahan atau ibadah kepada ilah yang bukan Allah itu. Jadi tak bisa secara praktek kita memang hanya menyembah kepada Allah saja, namun dalam hati atau secara tersembunyi mengakui keberadaan ilah yang lain. Kita harus dengan tegas mengatakan bahwa “tidak ada ilah lain selain dari Allah yang Esa”. ( I Kor 8:4). Tak mungkin pula dimulut kita mengaku bahwa Allah itu esa dan tidak ada ilah lain dari pada Allah yang esa namun dipihak llain, kita mengakui kuasa dari sesama makhuk sebagai yang mempunyai kuasa sama dengan Allah serta kita melakukan penyembahan kepadanya. Ibadah kita haruslah sama sekali utuh dan satu kepada Allah semata sebagaimana yang diajarkan Almasih: Jawab Yesus : “Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatannmu. Dan hukum yang kedua ialah : kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini. ”Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, Guru, benar kataMu itu, bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. (Mark 12:29-32).
Wujud manusia mengasihi Tuhan Allah adalah dalam Ibadah. Dan Ibadah itu menyangkut keutuhan keberadaan Si manusia secara lengkap: hati, jiwa, akal-budi dan kekuatan. Jadi berarti tidak ada satupun dalam unsur keberadaan manusia itu tidak ikut terlibat secara langsung dengan sikap mengasihi Allah dalam ibadah. Manusia itu harus utuh dan satu dalam penyembahan kepada Allah.
Itulah sebabnya unsur kemanusiaan yang terlibat dalam penyembahan yang utuh haruslah satu juga, yaitu harus “Segenap” artinya tiada ruang dan tempat yang kosong atau terluang untuk tidak mengasihi Allah, yang bukan Allah tidak boleh menempati tempat Allah, haruslah segenap kemanusiaan itu secara utuh dan satu menyembah dan beribadah kepada Allah, karena Allah itu hanya satu saja. “…Takutlah akan Tuhan dan beribadahlah kepadaNya dengan tulus iklas dan setia. Jauhkanlah ilah yang kepadanya nenek-moyangmu telah beribadah…Kamipun akan beribadah kepada Tuhan, Allah kita… Apabila kamu meninggalkan Tuhan dan beribadahkepada ilah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu…jauhkanlah ilah asing… dan condongkanlah hatimu kepada Tuhan ..kepada Tuhan, Allah kita, kami akan beribadah, dan firmanNya akan kami dengarkan” ( Yos 24:14-24)