Senin, 29 Juli 2013

Pengumpamaan Allah Seperti Insan

Oleh : Romo Yohanes Bambang, MTS.

Anthropomorfisme/Mutajasimah (Pengumpamaan Allah Seperti Insan)

Di dalam pemikiran theologis yang monotheis, misalnya : dalam pemikiran Yahudi, Islam dan Kristen Orthodox (Khususnya Kristen Orthodox) kadang-kadang timbul sikap ekstrim dalam mengesankan Allah ini. Di dalam keKristenan Orthodox misalnya pernah muncul keyakinan bahwa “Firman Allah” itu bukan merupakan keberadaan dalam wujud Allah yang kekal, karena jika ada Firman Allah yang kekal ditakutkan adanya dua Ilah, yaitu : Allah itu sendiri dan FirmanNya, oleh karena itu Firman Allah yang dalam bahasa Theologia Kristen Orthodox disebut “Anak Allah” adalah tercipta. Inilah pendapat dari ajaran Arianisme, yang di jaman modern ini dilanjutkan oleh kelompok Saksi-saksi Yehuwah. Fenomena sejajar muncul pula dalam agama Islam, dalam bentuk aliran pemikiran theologis dari aliran Mu’tazillah yang menyatakan bahwa Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat. Oleh karena itu aliran ini meyakini bahwa Allah mendengar dengan DzatNya (hakekatNya), Allah mengetahui dengan DzatNya (hakekatNya), Allah berbicara dengan DzatNya (hakekatnya), Allah mendengar dengan DzatNya (hakekatNya), dan seterusnya. Dengan mengatakan bahwa semua sifat Allah itu dikembalikan kepada Dzatullah, maka kaum Mu’tazillah yakin bahwa mereka telah memurnikan Ke-Esa-an Allah secara konskwen. Karena jika Allah itu memiliki sifat-sifat berarti ada dua Ilah yaitu Dzat dan Sifat. Ini sudah merupakan penyangkalan terhadap Ke-Esa-an Allah. Demikian faham Mu’tazillah.
Faham yang tidak jau berbeda dengan faham Arianisme dalam sejarah Kristen Orthodox, yang juga meyakini bahwa “Firman Allah” itu bukan satu dalam hakekat (“homo ousios”) Diri Allah. Dengan demikian Allah tak memiliki “Firman” berarti tak memiliki sifat “Kalam” di dalam DiriNya sendiri. Sebagaimana dalam Agama Islam Kaum Asy’ariyah yang merupakan mayoritas di Indonesia ini menolak ajaran Mu’tazillah ini, demikianlah Iman Kristen Orthodox menolak ajaran Arianisme dan Saksi-saksi Yehuwah. Sanggahan kaum Asy’ariyah dalam agama Islam terhadap ajaran kaum Mu’tazilah itu berwujud penegasan bahwa Allah itu memiliki banyak sifat, bukan hanya satu atau dua sifat saja. Bagi kaum Asy’ariyah Allah itu mendengar dengan pendengaranNya, Allah mengetahui dengan pengetahuanNya, Allah melihat dengan penglihatanNya, Allah berfirman dengan Firman/KalimatNya, Allah hidup dengan kehidupanNya, dan seterusnya. Dalam hal ini Iman Kristen Orthodox segaris dengan pemikiran Asy’ariyah ini. Karena iman Kristen Orthodox menegaskan bahwa Allah itu memang memiliki Firman, Hidup, Pengetahuan, Hikmat, Pendengaran, Penglihatan dan sebagainya. Meskipun Firman Allah, HidupNya Allah, Pengetahuan Allah, Hikmat Allah, Pendengaran Allah, serta Penglihatan Allah ini berbeda hakekatNya dari sebutan yang sama yang dikenakan pada makhluk (ciptaan)Nya terutama manusia.
Oleh karena itu ungkapan Alkitabiah yang seolah-olah menggambarkan Allah mempunyai sifat-sifat dan keberadaan jasmani itu harus dimengerti sebagai ungkapan “anthropomorfisme” yaitu ungkapan-ungkapan pengandaian yang menggunakan bahasa manusia dengan mengumpamakan jasmani manusia untuk menggambarkan keberadaan Allah, namun bukan makna secara literal. Ini dibuktikan bahwa dalam beberapa ayat yang mengandaikan Allah seperti manusia diberi penjelasan kata “seperti” dan “menyerupai” (Kel 24:10, Yehz 1:26-28). Itu membuktikan bahwa penggambaran itu tak boleh dimengerti secara Literal. Sebab jikalau itu dimengerti secara literal akan bertentangan dengan pernyataan Alkitab yang mengatakan tentang Allah :
Kepada siapakah kamu hendak menyamakan Aku, hendak membandingkan dan mengumpamakan Akau, sehingga kami (Allah dan yang dibandingkan denganNya tadi) sama ?” (Yes 46:5).
Artinya Allah itu tidak sama bila dibandingkan ataupun diumpamakan dengan apapun. Termasuk pengumpamaan secara bentuk jasmani (“ anthropomorfisme” ) tadi.
Contoh-contoh pengumpamaan Allah : 
  • bahwa Allah punya “wajah” {“…dan mereka (ahli surga) akan melihat wajahNya…” (Wah 22:4)} artinya punya “essensi, dzat-hakekat”
  • Allah punya “tangan” (“Sesungguhnya tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan….”(Yes 59:1), artinya punya kuasa untuk menolong,
  • Allah punya “kaki” (“lalu mereka melihat Allah Israel, kakiNya berjejak pada sesuatuyang buatannya seperti lantai dari batu nilam….”,(Kel 24:10) artinya punya cara untuk menghadirkan DiriNya pada makhlukNya,
  • Allah punya “tubuh” (“…kelihatan seperti rupa manusia, Dari yang menyerupai pinggangnya sampai keatas….dari yang menyerupai pinggangnya sampai kebawah…Begitulah kelihatan gambar kemuliaan TUHAN….,” (Yez 1:26-28), artinya punya keberadaan nyata dalam kekekalan ilahi,
  • Allah “duduk di atas takhta” (“… aku melihat Tuhan duduk diatas takhta yang tinggi dan menjulang….”) (Yes 6:1) artinya memerintah sebagai raja dan menguasai seluruh alam,
  • Allah “berjalan-jalan” (“ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan, yang berjalan-jalan di taman itu….”) (Kej 3:8) artinya Allah selalu hadir di mana-mana memperhatikan makhlukNya.
  • Allah punya “sayap” (“Dengan kepakNya Ia akan menudungi engkau, dibawah sayapNya engkau akan berlindung…”) (Maz 91:4) artinya penjagaan dan perlindungan Allah.
  • Bahkan Allah “menyesal” (“maka menyesallah Tuhan, Bahwa Ia telah menjadikan manusia dibumi…” ) (Kej 6:9) artinya Allah tidak membiarkan dosa manusia tanpa hukuman. Sehingga dari kasih atas umat beriman berubah kepada penghukuman atas kekafiran mereka itu digambarkan sebagai penyesalan Allah.

Dan masih banyak lagi anthropomorfisme” mengenai Allah.