Senin, 29 Juli 2013

Sifat-sifat & Keberadaan (Wujud) Allah

Oleh : Romo Yohanes Bambang,MTS.

Dalam pembicaraan kita mengenai dzat-hakekat/essensi/ousia Allah yang kita jumpai hanya kegelapan misteri dari keghaiban Ilahi, serta dalam pembicaraan kita mengenmai wujud (keberadaan) Allah, kita diperhadapkan kepada keluhuran dan kemuliaan keberadaan Allah yang sebenar-benarnya yang diluar jangkauan makhluk (ciptaan). Disitu kita menjumpai betapa terbatasnya pemahaman kita untuk dapat menjangkau kedahsyatan luhuran Allah itu. Dan jika dzat-hakekat dan wujudNya saja yang kita renungkan pastilah kita tak akan dapat mengerti apapun tentang Allah. Namun syukurlah bahwa Allah bukan hanya Allah yang menyembunyikan Diri dalam keghaibanNya namun juga Allah yang menyatakan Diri dalam pewahyuan Dirinya. Melalui pernyataan Diri Allah ini meskipun hakekat-wujud Allah yang sebenarnya masih merupakan misteri bagi kita, namun dari pernyataan SabdaNya, tindakan-tindakan mukjizatNya, pernyataan pemeliharaan dan penghukumanNya atas umatNya kita dapat mengerti Allah itu melalui sifat-sifat Allah yang dinyatakan melalui pernyataan Diriya itulah kita dapat mengerti keberadaan Allah irtu terutama dalam hubunganNya dengan makhlukNya, terlebih-lebih kepada manusia dan lebih khusus lagi kepada ummat yang beriman kepadaNya.

Memang kita tak dapat membayangkan atau mereka-reka bagaimana keberadaan wujud Allah itu yang sebenarnya, karena keberadaanNya yang ghaib itu. Dan juga memang dalam essensi yang sebenarnya kita tak dapat mengerti tentang Allah itu. Ini tak berarti kita tak dapat mengerti sama sekali keberadaan tentang Allah, seolah-olah tak ada keterangan sedikitpun. Syukur kapada Allah, bahwa melalui wahyuNya sebagaimana yang dicatat oleh Alkitab, kita mendapatkan keterangan serba sedikit mengenai Allah itu, sejauh apa yang dinyatakan oleh Kitab Suci. Dengan demikian kita dapat mengambil bebarapa kesimpulan tentang bagaimana keberadaan (wujud) Allah itu dapat kita fahami. Beberapa ayat Kitab Suci dibawah ini akan memberikan keterangan kepada kita mengenai hal itu :

“…Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia…” (Hosea 11:9).

…Allah adalah Terang (Cahaya, Nur) dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. (I Yoh 1:5).

Dialah satu-satuNya yang tidak takhluk pada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri…” (I Tim 6:16).

“Allah itu Roh…” (Yoh 4:24), dan sifat Roh itu adalah : “…hantu (Spirit = Roh ) tidak ada daging dan tidak ada tulangnya…” ( Luk 24:39 ). Dari beberapa ayat diatas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa Allah itu bukan manusia. Dia adalah Roh artinya ghaib, dengan keberadaan ghaib itu maka Dia itu tak memiliki tubuh jasmani yang terdiri dari tulang dan daging. Allah itu bukan organisme bukan pula benda, biarpun benda yang paling halus sekalipun. Dia bukan zat (cair, padat, gas). Dia bersifat Nur atau Cahaya sehingga tempat bersemayamNya atau kemuliaan yang mengelilingi DiriNya itu adalah berupa “Terang yang tak dapat dihampiri” yaitu Nur tak tercipta. Dia pula disebut “tak takhluk pada maut” artinya essensinya Dirinya itu adalah hidup murni yang tidak pernah mengalami pertumbuhan atau penyusutan. Yang tidak pernah mengalami kelahiran ataupun kematian. Sebab yang Ghaib dan yang Roh bagaimana mengalami penyusutan dan kematian, serta bagaimana memiliki permulaan secara dilahirkan.
Allah adalah hidup murni yang berdiri sendiri. Itulah sebabnya Dia itu kekal tak berawal akhir, hadir dimana-mana (Maz 139:7-12) tak dibatasi tempat, pengetahuaannnya menembus segala sesuatu tak dibatasi oleh kebodohan atau ketidak-tahuan (Maz 139:1-6), Dia merembesi segala sesuatu tanpa jadi identik yang dirembesi (Kis 17:27-28). Dia kekal tanpa dibatasi waktu (Maz 90:1-2), serta Dia itu pribadi yang mandiri dan berdiri pada DiriNya sendiri dengan menyatakan DiriNya sebagai “Akulah Aku” (Kel 3:14).
Demikianlah beberapa indikasi Alkitab mengenai bagaimana wujud (keberadaan) Allah yang dapat kita mengerti, meskipun pada akhirnya kita masih tetap tidak mengerti realita yang sebenarnya. Kita bersyukur bahwa kita memiliki Allah yang mengatasi pemahaman kita ini. Karena itu menunjukkan bahwa Dia itu bukan buah karangan otak manusia namun sebagai realita yang mandiri dan tak tercipta namun yang menciptakan segala sesuatu, Dia ada tanpa diadakan meskipun Dia mengadakan segala sesuatu. Itulah keberadaan Allah itu.